Dalam pandangan Hamka, akhlak atau budi pekerti berkembang setelah melalui konflik batin, di mana hawa nafsu bersaing dengan akal sehat. Hawa nafsu cenderung mendorong kita melakukan tindakan yang merugikan, sementara akal sehat mendorong kita menuju tindakan yang bermanfaat. Apabila akal sehat berhasil mengatasi, seseorang menjadi individu yang memiliki keutamaan. Sebaliknya, jika hawa nafsu yang mendominasi, individu tersebut cenderung mengikuti perilaku yang merusak. Individu yang memiliki keutamaan selalu berupaya untuk menjalankan tindakan yang diarahkan oleh akal sehat, dan hal ini dimulai dengan upaya dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.
KEMBALI KE ARTIKEL