Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Berbagi Cinta Dengan Hipnosis

14 Februari 2012   07:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:40 490 1

Hampir dua tahun saya berada di tengah-tengah mereka. Masuk ke dalam komunitasnya dan telah mengikuti puluhan kegiatan (dari ratusan kegiatan lainnya) yang pernah diadakan. Tak salah bila hati langsung jatuh cinta, pada orang-orang di dalamnya, pada kegiatan yang selalu mereka adakan, pada komunitasnya, juga pada ‘ilmu’ yang selalu mereka gunakan saat beraktifitas.

Ya, …. Hypnosis, Hypnotis, Hypnotherapy.

Tiga kata yang dulu sangat asing di telinga saya, tapi kini begitu akrab dan sangat familiar dalam hidup saya.

Para ibu ini bergabung dalam komunitas yang disebut Club Hypnosis Sehati. Sebuah komunitas yang berdiri 4 tahun silam, yang  90 persen anggotanya adalah wanita. Mereka memiliki profesi yang sangat beragam, mulai dari Psikolog, Dokter, Dokter Gigi, Direksi, Produser, Penulis, dan sebagainya. Didirikan oleh Dr. Dewi Yogo Pratomo, MHt (Master Hypnotherapist).

Apakah ada hubungannya dengan Hipnotis?

Tentu saja. Tapi, jangan berpandangan negatif dulu. Karena, hipnosis yang digunakan di komunitas ini justru  bertujuan sangat positif. Saya pun yang dulu penasaran dengan kegiatan para ibu ini, kini justru dibuat jatuh hati dengan segala ketulusan para anggotanya berbagi cinta dengan sesama.

Desa Minus Di Balik Tembok Vila Puncak

Pengalaman pertama mengikuti kegiatan ini, sekitar bulan April tahun 2010. Saya diajak para Bunda (mereka selalu menggunakan istilah Bunda) bakti sosial di puncak Gunung Simun. Tepatnya di belakang Taman Bunga Nusantara, Puncak, Cianjur. Di kegiatan Baksos ke 174 ini, CHS (Club Hypnosis Sehati) memberikan pengobatan gratis, pemeriksaan gigi gratis, pemberian sembako, dan memberikan motivasi belajar pada anak-anaknya.

Saya berpikir, pastilah kegiatan ini sama saja dengan baksos-baksos lainnya yang pernah saya ikuti. Tapi, pikiran saya ini diputar balikkan oleh fakta yang saya lihat di lapangan.

Miris hati ini. Di balik kemegahan vila-vila di sekitar Taman Bunga tersebut, ada ratusan kepala keluarga yang hidup dalam kondisi memprihatinkan. Walaupun anak-anaknya menggunakan pakaian yang rapi (berkat sumbangan seorang donatur), tapi para orangtuanya berpenampilan jauh dari sederhana.

“Saya hanya punya 1 sikat gigi untuk 4 orang di rumah,” kata seorang ibu dalam bahasa Sunda.

“Listrik? Belum ada Neng. Di kampung saya nggak ada listrik,” ujar bapak-bapak yang sudah renta. Ia bersama puluhan warga lainnya harus berjalan kaki melewati pegunungan sejauh 5 kilometer untuk mencapai lokasi pengobatan gratis.

Di sana, Bunda Dewi memberikan sesi Hypnotherapy pada puluhan anak yang dikumpulkan dalam musolah. Anak-anak ini dimasukkan sugesti-sugesti positif untuk tetap semangat belajar ditengah keterbatasan dan kekurangan, memiliki cita-cita yang tinggi, siap berjuang menghadapi persaingan, mencintai dan menghargai orangtua, juga meningkatkan ibadahnya.

Saya baru menyadari, inilah yang membedakan Bakti Sosial CHS dengan baksos-baksos lainnya. Selalu ada sesi hypnotherapy untuk memasukkan sugesti-sugesti positif pada mereka yang hidup di bawah tekanan kehidupan dan tekanan sosial. Mereka yang kerap putus asa dengan kondisi yang sedang mereka hadapi. Dan pada mereka yang selalu berpedoman, ‘kerja hari ini, untuk mendapatan uang agar esok hari anak-anak bisa makan.”

Berjalannya waktu, membuat CHS tumbuh besar dengan sendirinya. Saya pun melihat dengan mata, hati, dan pikiran saya, banyak orang yang sudah terbantu hidupnya dengan metode hipnosis yang mereka gunakan.

“Alhamdulillah, anak-anak SD Paseban (daerah minus di tengah kota Jakarta) lulus dengan nilai yang sangat memuasan. Padahal mereka baru beberapa kali di HypnoEdu,” kata Bunda Dewi, dengan hati senang.

Manakala ia mendapat message dari seorang ibu yang menanyakan kesediaannya memotivasi anak-anak sekolah di daerah minus di Kapuk Muara, Jakarta Utara, wanita bersuara lembut ini langsung menjawab,”Siap!”

“Baksos, sudah seperti candu buat kami,” ucapnya sambil tertawa kecil.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun