Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Simply about Woman

26 September 2011   04:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:37 124 0

Banyak hal yang begitu kompleks tentangnya, terkadang mereka sendiri tak pernah mengetahui betapa perempuan merupakan anugrah ataukah petaka. Semua pasti sepakat jika ingin dikatakan anugrah. pertanyaan kemudian bagaimana wujud anugrah itu? apakah jalan yang selama ini kita tempuh telah menuju ke arah itu. Perempuan sebagai bunda, pemimpin, teman hidup, sahabat hati, saudara, pekerja, atau pun lacur merupakan pengorbanan yang harus dipertaruhkan untuk menemukan jalan itu. saya pun tak dapat menjustice benar salah tentang hal ini.

Berangkat dari konvensi bahwa perempuan sangat rapuh dan emosional membuat kaum lelaki merasa memiliki tanggungjawab untuk melindungi, mengasihi, bahkan lebih ekstrim menguasai. Padahal perempuan pun memiliki kesempatan untk menjadi subjek tindakan itu. Sayang, keberpihakan lebih dihadiahkan buat kaum yang diprototypekan sebagai perkasa.

Picingan mataku lalu terbelalak ketika realitas dihadapkan padaku. Perempuan muncul dalam kisah heroik, humanitas, percintaan, sampai pelecehan. Semuanya memperlihatkan ketegaran, pengorbanan, kasih sayang, bahkan kelemahan. Kisah mereka muncul dalam berbagai versi yang butuh acungan jempol ataupun elusan dada. Tentunya berbagai stigma tersebut melahirkan inspirasi yang entah bagaimana. Lebih dari itu, semua perempuan pasti sepakat mereka butuh kreatifitas, dukungan, kasih sayang agar dapat bersinergi dengan kehidupan. Tapi ketika ada yang menilai perempuan hanya dalam bentuk kecantikan, postur tubuh, pendek kata secara fisik. Konsep diatas akan kabur kembali atau hal itu dapat dikatakan pelecehan. Bukannya tidak menghargai pemberian-Nya tapi Tuhan tidak menciptakan perempuan hanya sekadar sebagai pemuas pandangan. Perempuan memiliki berbagai dimensi yang lebih dari sebuah senyum indah. Celakanya lagi, ketika perempuan sendiri yang membentuk dirinya berdasarkan merk kosmetik, salon, ataupun busana. Maka pelecehan oleh lawan jenis sekian persen perempuanlah yang memfasilitasinya. Sebenarnya, tak dapat disalahkan juga bila perempuan ingin menjadi bagian masyarakat metro melalui pola hidup hedonis. Tapi sangat dangkal saat gagasan fashion menjadi satu-satunya pilihan. Globalisasi tidak hanya berkutat mengenai masalah komsumsi produk tetapi juga kontribusi pikiran, tenaga, dan kreativitas kita –perempuan- dalam era serba dinamis ini. Jadi perempuan bukan semata komsumsi fisik! Ketegaran, kepandaian, kelembutan,kesetiaan. pandangi mereka dari pahaman ini.

Seorang perempuan dapat bertahan hidup hanya dengan senyuman buah hatinya, seorang perempuan dapat melebur tangis dalam tawanya, seorang perempuan dapat tersenyum setelah menyelamatkan satu kehidupan tanpa peduli kehidupannya. dan… perempuan takkan berhenti berucap sampai hakikat perempuan itu kita sadari bersama.

Sekali lagi, perempuan memang butuh perhatian hingga pujian namun tak memerlukannya dalam letupan yang berlebihan. Perempuan memang emosional namun tak mesti sengaja terlalu dikondisikan. perempuan mencintai kecantikan tapi pahami dengan logika. Perempuan tak melulu seperti dalam kotak imajinasi laki-laki. dan ku berharap salah satu perempuan adalah aku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun