Pria maskulin itu memutar-mutar asbak rokok, menungguku menghabiskan sesendok pasta dari mulutku, seakan ada hal penting yang ingin dia sampaikan. “An, Aku sudah menikah, sudah lama aku ingin mengatakan ini” tuturnya pelan. Aku kaget setengah mati, kalimat yang seketika itu meruntuhkan segala impianku tentang pernikahan. “Kamu tidak bercanda bukan?” Agung menggeleng, tanpa rasa bersalah. Air mataku meleleh, tak tertahankan.