Tanpa malu, bibir wanita lain kau cicipi, kau nikmati, kau lumat habis seperti coklat.
Hatimu binatang, ragamu pun kian menjadi iblis.
Menginjak-injak jiwa polos seorang Hawa. Menyayat-nyayat ketulusannya. Merobek-robek hati yang kutahu itu cinta dari kekasihmu.
Dengan muka acuhmu kau tinggalkan wanitamu yang terisak-isak.
Kau terkekeh-kekeh dengan sahabat disampingmu.
Jiwamu berkobar-kobar berteriak lantang, “Aku pemenang!”
Sahabat busuk disampingmu bertanya, “Mengapa kau merasa menang?”
“Karena wanita jalang itu menangis,” ucapmu tersenyum sinis
Aku memungut huruf demi huruf yang kau muntahkan tadi.
Ku masukkan kembali ke dalam mulut baumu, “Kau yang jalang, Brengsek!!!”
(09 November 2009)