Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Perjalanan Menambatkan Hati (Menyusuri Kehidupan Muslim di Ranah Korea)

27 Januari 2012   08:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:24 527 0

Ini bukan kali pertama aku pergi berdua dengan si kecil. Namun saat itu cuaca sungguh terik. Segala perbekalan aku siapkan, botol air minum, makanan ringan, baju ganti, mainan, Alquran semua aku masukkan ke dalam ransel. Ransel aku taruh di punggungku, kemudian bagian depan aku isi untuk menggendong anakku. Tak hanya itu, tangan kananku sibuk mengibas-ngibas kipas yang selalu kubawa di saat musim panas tak bersahabat. Serta tangan kiri yg aku pakai untuk keperluan membawa kartu transport.

Sampailah aku di sebuah halte. Tak sabar kulihat video layar yang menunjukkan bahwa bus akan datang 10 menit lagi. Tampak orang-orang antri dengan rapi. Menunggu bus yang datang menjemput kami. Aku pun patuh dengan rutinitas itu.

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya serta merta menghampiriku. Tatapan herannya menunjukkan kecemasan teramat dalam kepadaku. Dia lihat sisi tubuhku yang terbalut rapi dari atas hingga bawah.

“Aighoo aighoo, Nak apa kamu tidak kepanasan dengan baju seperti itu?”

“Tidak apa-apa Ibu,” jawabku tersenyum. Padahal begitu banyak yang ingin kujelaskan. Bahwa aku seorang muslim. Ini kewajibanku. Namun apa daya akan keterbatasan bahasaku.

“ Kasihan sekali anakmu, tampak kepanasan. Apa yang kau bawa? Sepertinya berat sekali,” sembari memegang ranselku dan sedikit melirik isinya.

Aku sudah terbiasa dengan pembicaraan itu. Sudah menjadi hal yang umum ibu-ibu Korea memang terlampau perhatian. Dibarengi dengan suara yang sedikit meninggi. Kadang kupikir dia marah. Namun belakangan aku paham itu hal yang biasa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun