PADAÂ umumnya, bencana sering didefinisikan sebagai kejadian luar biasa yang menyebabkan gangguan signifikan terhadap kehidupan manusia yang disebabkan ulah manusia dan atau oleh ulah alam. Kemudian bencana juga sering diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bencana alam dan bencana sosial atau bencana ulah manusia. Jadi, nampaknya pengertian dan dimensi bencana semakin luas.
Paradigma bencana pun terus berkembang sedemikian rupa. Beriringan dengan itu, bencana mulai diperhitungkan untuk dikelola dalam perspektif manajemen kenegaraan. Maka, bencana pun menjadi urusan negara. Penanganannya menjadi ukuran manajemen negara.
Cakupan bencana makin luas. Bahkan kemiskinan pun bisa masuk kategori bencana, sebagai induknya bencana. Karena kemiskinan bisa merupakan akibat sekaligus penyebab terjadinya bencana.
Sebuah peristiwa disebut sebagai bencana jika menimbulkan terjadinya resiko kemanusiaan, baik langsung maupun tidak langsung. Jika tak ada resiko, maka itu bukanlah bencana. Besar kecilnya resiko bencana sangat tergantung kepada tingkat kerentanan, baik kerentanan alam maupun kerentanan manusia.
Alam lingkungan yang rentan atau rusak karena ulah manusia sudah pasti akan menyebabkan resiko di saat terjadi bencana. Masyarakat yang rentan akibat kemiskinan, juga akan lebih rentan resiko jika terjadi bencana.Daerah yang memiliki banyak kerentanan dan kejadian bencana, bisa disebut daerah bencana. Negara yang banyak kerentanan bencana dan sering mengalami bencana, dan tidak bisa mengatasinya, bisa disebut negara bencana. Pemimpin yang tidak bisa mengatasi bencana bisa juga disebut pemimpin bencana. Jika demikian, Indonesia adalah negara bencana. Sebab, segala kerentanan bencana dalam semua perspektif dan dimensinya ada di negeri ini.
Kerentanan Alam
Indonesia termasuk negara dengan kerusakan alam yang terhebat di dunia. Kerusakan lingkungan Indonesia tidak diragukan lagi. Sangat parah. Regulasi dan strategi pembangunan negara ini tidak memperhitungkan dan tak mampu mengatasi kerusakan lingkungan. Hasilnya adalah bencana alam yang bertubi-tubi dengan resiko yang dahsyat luar biasa.
Ini kenyataan. Siapakah yang paling menderita dan harus menanggung akibatnya? Pastilah masyarakat. Rakyatlah yang menderita. Bukan elit negeri ini.
Kerentanan Sosial
Kerentanan sosial di negeri ini ada semuanya. Jumlah masyarakat miskin di negeri ini luar biasa banyaknya. Di semua tempat di negeri ini berjubel orang miskin. Di kota dan di desa, kemiskinan sama maraknya. Tak aneh jika negeri ini menyandang gelar negara miskin.
Di negeri ini, rakyat yang masih mengalami keterbelakangan pendidikan alias kebodohan mungkin lebih dari sepertiga jumlah penduduk. Bagaimana dengan moral? Indonesia adalah negara yang masih tetap bertahan sebagai salah satu negara terkorup di dunia. Ini merupakan sumber hancurnya moral bangsa negeri ini. Korupsi di negeri ini seolah tak bisa dihentikan, bahkan semakin menjadi-jadi. Semakin meluas. Yang melakukan korupsi pastilah bukan rakyat, tetapi kaum elit penguasa negeri ini.
Kerentanan yang lainnya masih sangat banyak. Pengangguran, kriminalitas, premanisme, kemacetan dan kecelakaan lalu lintas, malapetaka bocornya tabung gas, kesenjangan sosial, gizi buruk dan kelaparan, kebakaran hutan dan pemukiman, polusi air dan udara, terorisme, sektarianisme, dan masih banyak lagi. Potret kerentanan ini semuanya merupakan kerentanan struktural. Kerentanan yang dengan sengaja diciptakan. Kerentanan yang diproduksi oleh sistem politik kekuasaan. Karena itu, bencana di negeri ini merupakan bencana struktural. Bencana yang diciptakan.
Solusi
Jika negara kita tak ingin disebut sebagai negara bencana, hilangkan segala bentuk kerentanan bencana di negeri ini. Peran pemimpin akan sangat menentukan. Negeri ini sangat membutuhkan pemimpin yang mampu mengatasi semua kerentanan bencana. Pemimpin negara yang tak bisa atasi kerentanan bencana bukanlah pemimpin yang bisa memimpin negara. Bangsa yang tak mampu mengusir segala kerentanan bencana bukanlah bangsa yang kuat. Kuat tidaknya sebuah bangsa tergantung kekuatan pemimpin bangsanya.
Kerentanan bencana di negeri ini adalah tantangan para pemimpin negeri ini. Tantangan bangsa ini. Tantangan kita semua yang mencintai negeri ini sebagai warisan Tuhan yang amat berharga. Menangani bencana haruslah dengan spirit nasionalisme. Mengatasi segala kerentanan bencana adalah taruhan harga diri kita semua.
Kita berharap bencana yang bertubi-tubi menimpa negeri ini bisa menjadi momentum untuk bangkit. Untuk menjadikan negeri ini kuat, mandiri, dan terhormat. Marilah kita semua belajar, kerja keras, dan serius mengenyahkan segala bentuk kerentanan bencana di negeri ini. Sebab, sama sekali kita tak berharap negeri ini menjadi negara bencana.
Ahyudin
Presiden Aksi Cepat Tanggap