Bagi saya, ungkapan yang menjadi judul di atas punya kisah sendiri. Pada 1982 seorang fotografer berkebangsaan Jerman yang tak diketahui namanya menjelajahi Pulau Lombok. Dari puncak Rinjani, danau Segara Anak, air terjun Sendang Gile, hamparan sawah menghijau, hingga pantai pasir putih terbentang, semua ia rekam dalam lensa kameranya dengan penuh antusias dan decak kagum.
Soal zat surgawi itu sudah pasti sulit dinalar secara ilmiah. Tetapi sang fotografer Jerman tak berlebihan dalam satu hal: Pulau Lombok memang cantik dan memikat. Seakan-akan Tuhan menciptakannya sebagai salah satu “Masterpice” di dunia. Pulau Lombok tergolong pulau kecil yang luasnya tak lebih dari 10 ribu kilometer persegi. Penampakan fisiknya seperti sepatu boat yang tertutup celana kedodoran.
Selain dua pulau utama itu, masih terdapat 332 pulau-pulau kecil. Sejumlah pulau kecil atau biasa disebut gili jadi destinasi wisata yang didatangi ribuan pelancong dalam dan luar negeri setiap tahunnya. Yang paling kondang tentu tiga gili: Gili Meno, Gili Trawangan dan Gili Air yang berada di dekat kawasan wisata pantai Senggigi dengan pasir putih tropisnya yang eksotik.
Lombok-Sumbawa dikelilingi selat dan laut lepas. Laut Jawa dan Laut Flores membujur di sebelah utara. Di timur menghadang Selat Sape. Ke selatan terbentang Samudera Hindia. Selat Lombok terpampang di barat. Lombok-Sumbawa berposisi persis di simpang tujuan wisata utama dunia:
Bali di barat, Tana Toraja di utara dan Kelimutu-Komodo di timur. Juga tepat berada di lintasan jalur terpadat ”sabuk selatan” transnasional Banda Aceh-Kupang dan diapit Alur Pelayaran Internasional (API) Selat Lombok dan Selat Timor yang padat lalu lintas pelayarannya.
Penulis aktif di Komunitas Kampung Media, Kompasiana.com, ahyarrosi.blogspot.com, @AhyarRos. Awardee Lembaga Dana Penggelola Pendidikan (LPDP).