“Kopi yang enak harus digiling sesaat sebelum disajikan dengan sebuah alat yang bersih dan modern” Celetuk Nunik Gayatri, pemilik “Bandini Koffie” Mataram.
Di kota-kota besar umumnya, cafe kopi menjamur banyak tempat, mulai dari gang pertokoan, supermarket bahkan sampai warung pojok. Mulai dari kafe berkelas dunia seperti Starbucks, Coffe Bean, j-co hingga kafe kopi lokal Indonesia. Pertumbuhan kafe kopi di tanah air, bahkan pernah disebut sebuah media nasional, sebagai salah satu pertumbuhan tertinggi di Asia Tenggara.
Kedua kafe kopi ini menyajikan kopi secara fresh dengan aneka rupa pilihan rasa dan rupa. Genap setahun beroperasi, Bandini Koffie cukup ramai dikunjungi pengemar kopi. Rata-rata 30-60 orang datang tiap harinya. Bahkan beberapa pelancong asing yang melintas di jalan Adisucipto, menyempatkan diri menikmati wangi kopi di Bandini. Seperti Gaby Stibal, pelancong muda dari Austria yang pada suatu sore di penghujung September 2013 datang bersama tiga temannya.
“Di sini kami tidak menjual kopi instan, biji kopi langsung kami olah sesaat setelah dipesan agar hasilnya lebih baik” kata Nunik, pemilik Bandini Coffie. Sementara Lombok Coffee House sudah hampir dua tahun beroperasi. Pemiliknya seorang bule yang jatuh cinta pada Lombok, termasuk pada kopinya. Ia membuka usaha kafe kopi bukan semata bisnis, tetapi juga karena ingin melihat kopi lokal NTB bisa menembus pasar perkotaan. (Ahyar ros)