Saya bukanlah orang yang hobi menulis. Tapi entah mengapa di milad PKS kali ini saya ingin menulis. Maka jadilah tulisan yang judul “Kisahku, Tertawan Daurah Pra Nikah-nya PKS”. Ini merupakan kisah awal mula saya dalam mengenal partai dakwah yang bernama PKS. Tulisan ini saya persembahkan untuk Milad PKS yang ke-15.
Pada tahun 2001, saya masuk ke salah satu sekolah SMP Negeri di Lubuk Pakam kota Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu Kabupaten di Sumatera Utara. Pada saat kelas 1 SMP saya belum menutup aurat. Saya menutup aurat (memakai jilbab) saat kelas 2 SMP. Itupun karena sekolah akan membuka kelas IMTAQ (Iman dan Takwa). Dan Saya terpilih untuk masuk kelas tersebut. Akhirnya mau tidak mau saya harus memakai jilbab sebagai syarat masuk ke kelas IMTAQ. Jujur pada saat itu saya merasa terpaksa memakai jilbab. Walaupun terpaksa saya membiasakan diri saat keluar rumah memakai jilbab. Karena saat itu saya berprinsip, masak kita memakai jilbab hanya pada saat sekolah! Malu dong ma Allah...!
Setamat dari SMP kakak memutuskan agar saya masuk SMA Negeri 1 yang cukup terkenal di Lubuk Pakam saat itu. Saat SMA disinilah saya merasakan hidayah itu menghampiri saya satu persatu.
Pada Saat Masa Orentasi Siswa (MOS)
Setelah diterima di SMA, seluruh murid baru dihadapkan pada satu kegiatan yang bernama Masa Orentasi Siswa (MOS). Dari rangkaian acara MOS, ada satu segmen dimana semua ekskul memperkenalkan organisasinya masing-masing. Nah saat itu saya langsung tertarik dengan ROHIS. Kenapa saya tertarik dengan Rohis? Jawabannya karena kakak Ketua Rohisnya Ganteng. Hehehe... maklum lagi puber... Saya bertekat dalam hati saya akan masuk rohis.
Belakangan saya baru tau ada ada sebuah kisah tentang hijrah Rasul Saw. Rasul Saw pernah bersabda tentang orang yang berhijrah dari Mekah ke Madinah karena perempuan yang disukainya.
”Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya .... Barangsiapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena kesenangan dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kalau ingat hadis ini jadi malu dan merasa tersindir.
Setelah saya masuk rohis saya tercengang, karena kakak rohis begitu ramah menyambut kami. Beliau tidak mengenal kami sebelumnya, tetapi beliau menyalami kami dengan sangat akrab seolah-olah kami adalah sahabatnya.
Setiap jum’at saya rutin mengikuti kajian keputrian di rohis. Tema kajian yang disuguhkan tiap minggunya bervariasi. Ada seputar tauhid, fikih, keakhwatan, acara rujak party, rihlah dll...
Pesantren Kilat SMA
Saat duduk dikelas satu, saya pernah mengikuti pesantren kilat dari sekolah. Sekolah mengundang kakak instruktur dari luar. Suasana sanlat sangat monoton. Materi yang disampaikan kurang variatif. Kenapa? Karena dari awal sampai akhir pesantren kilat yang dibahas tentang jilbab mulu. Dan pemaparan mereka tentang jilbab berbeda seperti kajian keputrian yang selama ini saya ikuti. Kami peserta sanlat dianjurkan menyambung pakaian termasuk baju sekolah kami menjadi sebuah jubah panjang. Yang menurut mereka inilah yang dimaksud dengan jilbab. saya merasa ini terlalu ribet. Apalagi saat itu kami masih duduk dikelas satu. Masak iya baju sekolah yang baru harus dirombak menjadi jubah. Banyak biaya! Apa lagi sekolah kami adalah sekolah negeri. Mana mungkin dapat izin memakai pakaian sekolah seperti itu! Saat itu saya berpikir, kenapa mau hijrah aja kok riber banget ya! Karena yang saya pahami selama ini Islam itu sangat memudahkan.
"Sesungguhnya Allah suka kalau keringanan-keringanan-Nya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci kalau kemaksiatan terhadap perintah-perintahNya dilakukan". (HR. Ahmad, dari Ibn ‘Umar ra)
“Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”. (QS. Al-Baqarah:185)
Menurut saya saat itu, Kenapa yang diajarkan oleh mereka sangat sulit dan ribet?
Usai acara pesantren kilat saya dan teman-teman sering diajak kumpul oleh kakak-kakak instruktur sanlat. Tapi entah kenapa kami dengan kompaknya menolak dan enggan untuk bertemu. Setiap kakak instruktur datang, kami kabur lewat gerbang belakang sekolah. Hal itu berulang sampai beberapa kali. Dan akhirnya setelah beberapa kali dijumpai tak membuahkan hasil. Merekapun bosan dan tak pernah pernah datang lagi kesekolah kami. Afwan... atas kenakalan kami Saudariku...
Mentoring/ Halaqah/ Tarbiyah
Pada saat duduk di kelas 2 SMA, Saya dengan beberapa teman rohis yaitu: Rini, Dessi, Novi, Dian dan Friska dibentuklah grup halaqah. Ini merupakan kelompok halaqah saya yang pertama.
Kami diperkenalkan dengan seorang kakak yang akan membimbing kami. Kakak yang membimbing (murobbiah) orangnya sangat sederhana dan bersahaja. Awalnya sih kami cuek saja. Bahkan sering kali kami yang mengatur kakak itu dalam hal menentukan program halaqah. Tapi kakak murobbiah dengan sabar mendengarkan kami. Tak jarang kami sering kali berkeluh kesah dengan penugasan di halaqah yang menurut kami begitu padat. Seperti: hapalan ayat Al-Qur’an, sholat Dhuha, sholat Tahajud, menghapal hadist Arba’in, dll. Saat itu kami merasa terbebani. Bahkan kami mengkambinghitamkan tugas sekolah, agar hapalan kami tidak di periksa. Hehehe...
Ya, begitulah awal mulanya halaqah saya. Kakak murabbiah dengan sabar membimbing. Selain itu kami juga sering sharing tentang banyak hal. Kakak murobbiah siap mendengarkan kami.
Dari serangkaian halaqah yang kami ikuti, saya sangat tersentuh pada saat kakak murobbiah membacakan do’a robbithoh. Arti dari do’a itu begitu menyentuh buat saya dan juga buat teman halaqah yang lain. Ketika do’a itu dibacakan tidak disangka mata saya berkaca-kaca.
Setelah beberapa bulan kami mengetahui bahwa kakak murobbiah kami merupakan kader dalam partai dakwah yang bernama PKS. PKS merupakan partai Islam yang sangat identik keislamannya dibandingkan partai lain saat itu. Ini saya baca dari beberapa majalah kakak saya yang saat itu sudah menjadi kader.
Bersambung...