Waktu berjalan, desas-desus atas viral-nya hal itu menjadikan elemen masyarakat mulai geram sehingga muncullah inisiatif dari pemuda untuk menggelar aksi demonstrasi di balai desa yang bertujuan untuk meminta klarifikasi dengan sejelas-jelasnya dari pihak-pihak terkait yang ada dalam video tersebut.
Sampai pada akhirnya konsolidasi 'getok-tular' pun dilakukan, menyiapkan segala teknis untuk aksi massa tersebut. Mulai dari inti dari tuntutan, penunjukan korlap, Penanggungjawab sampai soal microphone semuanya dibahas dibanyak titik tanpa terputus, tiada bukan bahwa hal ini semata-mata dilakukan agar supanya semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemuda.
Sampai pada akhirnya titik kumpul aksi serta titik aksi sudah disepakati lapangan volly dan balai desa Sukaperna sebagai titik perjumpaannya.
Tiba waktunya, semua mata menyaksikan kegaduhan yang terjadi di jalan desa hingga halaman balai desa berbekal semangat dari barisan juang pemuda yang berapi-api dalam menciptakan era keemasannya, dan mungkin dengan cara inilah mereka akan dikenang sepanjang hidupnya.
Orasi yang meletup-letup terus menggema di halaman, sementara pihak pemerintah desa (selanjutnya pemdes) sedang memikirkan cara untuk menyudahi atau membubarkan barisan aksi tersebut. Negosiasi awal dilakukan sampai pada akhirnya perwakilan massa aksi merasa keberatan dengan belum dihadirkannya salah satu dari tiga orang yang dituju untuk dimintai klarifikasi, yang kemudian kepala desa mengutus polisi desa atau bhabinkamtibmas untuk menjemput pihak terkait demi kondusifitas.
Bakar ban dan Orasi terus merangsek masuk kedalam ruan-ruang balai desa, asap hitam dan teriakan kekecewaan semua yang turut hadir di halaman tersebut, kaum ibu dan bapak-bapak tidak ketinggalan, momentum yang menyita perhatian masyarakat ini menjadi ramai, ini belum lagi ditambah dengan live streaming yang dilakukan oleh mereka yang hadir. Meskipun seperti halnya sebuah judul buku dari Bima Satria Putra 'Perang yang Tidak Akan Kita Menangkan' namun eskalasi semangat gegap-gempita jangan sampai meredup.
Sampai pada akhirnya satu pihak tersebut datang di kawal oleh polisi tadi. Permasalahan dimulai, Massa Aksi tidak sabar untuk segera melakukan klarifikasi di depan masyarakat yang sedari tadi berkumpul. Sialnya! ada semacam briefing yang mendadak dilakukan di ruangan dengan kedua belah pihak dan beberapa perwakilan dari massa aksi, terlebih dengan ditutupnya pintu ruangan tersebut membuat massa aksi serta masyarakat semakin beringas melontarkan cacian kekecewaan karena tidak langsung diselesaikan tanpa harus ada arahan terlebih dahulu.
Sekali lagi pemuda desa Sukaperna sebagai 'history masker' pada masa ini yang menjadi pionir atas kekecewaan masyarakat terhadap carut-marutnnya bansos di desa ini. Kemudian dengan menutup tahun 2024 dengan semangat membara mengawal bobroknya birokrasi yang tidak bisa dengan hanya berdiam diri.