Sampai ada seorang pemuda, mungkin seumuran saya, menyodorkan sebuah selebaran, setelah sedikit membaca apa yang ada di selebaran tersebut barulah saya tahu, sedang ada peringatan “sasak day” dengan demonstrasi budaya Nyongkolan, budaya khas Lombok. Teringat pada sosok “pemimpin” barisan berkostum cabe dan lebah tadi, mungkin maksudnya adalah “cabe” yang dalam bahasa jawa adalah “Lombok”, dan lebah mewakili madu Sumbawa yang terkenal, mungkin.
Selanjutnya saya mengutip dari selebaran yang disodorkan pemuda tadi, dipadukan dengan tulisan dari beberapa sumber, berikut uraian singkat budaya Nyongkolan.
Nyongkolan merupakan salah satu bagian dalam prosesi pernikahan adat Suku Sasak (Lombok) yang tujuannya adalah mensosialisasikan pasangan pengantin kepada masyarakat bahwa pasangan tersebut memang benar telah menikah, telah menjadi sepasang suami istri. Prosesi Nyongkolan ini dilakukan setelah dilaksanakannya prosesi yang disebut Sorong Serah Aji Krama, yang merupakan prosesi terpenting dari seluruh rangkaian adat perkawinan suku Sasak. Prosesi ini dapat dipersamakan dengan "sidang majelis adat".
Di dalam sidang majelis adat, diperbincangkan pula mengenai sanksi dan denda adat yang mungkin timbul akibat adanya pelanggaran di dalam seluruh rangkaian prosesi sebelumnya. Apabila terdapat denda maka pada saat itulah harus dibayarkan. Dari sudut pandang adat Sasak, Sorong Serah merupakan peng-absah-an suatu perkawinan, agar para pengantin memperoleh hak-haknya secara adat.