Fokus cerita adalah Wiji Thukul, yang dimainkan oleh Gunawan Maryanto, yang menjadi buronan pemerintah karena puisi-puisinya yang menentang rezim Soeharto. Setelah kerusuhan Mei 1998, Wiji harus bersembunyi di berbagai tempat untuk menghindari ditangkap. Sementara itu, tanpa suami dan ayah, istrinya, Sipon (Marissa Anita), dan anak-anak mereka harus bertahan dalam ketidakpastian.