Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Salah Orang

3 Desember 2013   08:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:23 24 0
Sebut saja namanya "P", berbadan tak begitu tinggi, berkacamata dengan kulit putih, kasual hitam dan sepatu pantofel kuning kunir bergaya outdor. Dia bekerja sebagai Dosen salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, sebenarnya nama kampusnya sangat famliar didengar, karena menggunakan nama kenegaraan, yakni Proklamasi, tapi kurang dikenal karena memang kampus kecil.

Lima hari yang lalu, kebetulan saja saya diutus Bos Saya, Dia dosen, untuk menghubungi rekan bekerjanya dalam membuat sebuah proyek. Namany "S" Saya datang ke kediamannya, lebih tepatnya rumah kedua, tempat usaha. namanya juga manusia, setiap ketemu pasti akan ada bincang-bincang, disana banyak bercerita tentang pengalamannya sewaktu Ia masih berada di pendidikan S 1, dan kebetulannya Dia satu almamater dengan saya. Sekira satu jam saya ngobrol banyak; dari soal organisasi kampus, sampai teman-temannya yang sekarang sudah banyak yang berhasil, bahkan salah satu dari mereka akan ikut meramaikan pesta politik negeri ini 2014( nyalon Presiden).

setelah banyak bicara soal pengalaman semasa kuliah, kami kembali pada topik yang sebenarnya, yakni soal proyek yang akan kami garap beberapa bulan ini. Intinya Dia bisa  membantu menyelesaikan proyek tersebut, namun tiba-tiba dari pintu belakang datang pemuda dengan baju hijau menghampiri kami, pemuda itu membawa kaus oblong disampirkan di tangannya bergambar logo partai dan karikatur Bang S. Oh, aku baru tau, ternyata Bang "S" mau nyalon legislatif.

Setelah "S" menghampiri pemuda itu (sepertinya dia yang order material pencalonannya untuk maju di kancah legislatif) sedikit mereka membicarakan kesiapannya orderan tersebut, karena tak lama lagi semua materi atribut partai itu akan dibawa ke daerah pemilihan, guna sosialisasi dan cipika-cipiki membujuk calon biting-bitingnya. Tak lama kemudian Ia kembali menghampiri kursi yang ada di depanku. " mau ikut nyalon Pak?" Sapaku padanya, dengan nada pelan sedikit ragu. Hehe.. lagian aku kurang menguasai bagaimana cara bercanda untuk soal ini.
"ya, coba Mas, karena simpatisan saya banyak yang ngajuin, saya juga jadi nggak enak kalo terus-terusan diam" Sembari megusap dagu Ia silangkan kaki kanan seperti menunjukan gayanya. Sayangnya soal ini tak banyak mau diungkap "jangan bilang-bilang ya Mas, takutnya nanti nggak jadi pula" katanya. dan saya cuma membalas denga senyum kecil dengan maksud mengamininya.

Beberapa saat diam, kami menghela beberpa nafas " Begini saja, mulai bulan depan saya kan mau pergi keluar kota, untuk inii, hahaha... nanti, kalo aku nggak ada di sini, kamu ketemu saja dengan "P" Dia itu dengan saya seperti ini( Ia mengaitkan kedua jari telunjuk, makna sudah akrab)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun