Suaramu sedang mengetuk di pintu
Jika kau cinta padaku
Kenapa engkau tinggalkan aku
Bawalah aku bersamamu
Itulah semua yang aku ingin
(Koladine).
DINI HARI.
0)
Dini hari
Dan tidak hujan dan mendung
Di dalam kamar aku menulis
Di bawah terik lampu sorot
Ode yang kemarin adalah
Ode bagi anak-anak negeri imaji
Terkatung-katung kantuknya
Di dalam benak bersayap
Kunang-kunang;
Di bawah bumi tertidur
: bagai seekor jangkrik
Dalam orkestra fajar merah
Gemuruh maghligai hari bersamamu
Tapi, oh!
Sesekali aku menyadari
Tidak langit atau bumi tanah ini -yang
Membuat kata terdalam lautan
Sayap-sayap kepak
Meski bukanlah
burung aku ini
- setelah usai petani Bojongsari baca puisi
Dengan padi yang ditanam sendiri
Dan secarik puisi yang ditulis di dalam nadi
Yang pernah bermimpi jadi abdi
Bagi tegak dan berdirinya demokrasi
1)
Dini hari
Dan bumi tidak basah lagi
Karena becek oleh air ilahi
Sekabut usia yang tak tahu lagi
Entah apa yang sedang terjadi di mimbar diri
Dan batas-batas situasi ini
Semakin membuat akal menjual harga diri
Â
"Tuhanku kenapa kau tinggalkan aku!"
Setahu sudah setelah aku melepas terompah
Dan nyaliku terkatung mengahadapi
Dari apa yang sedang terjadi di negeri
Yang melahirkan tragedi
Lusinan fotomu Lusiana
Telah terbakar oleh jejak api
Dan menjadi abu bara birahi
Sepi dan purnama laki-laki
2)
Dini hari
Menghabiskan waktu yang tersisa
Menjadi saksi bagi mereka
Yang akhirnya kembali :
Pada tanah
Pada bumi
Pada cacing renik jasad bumi
3)
Dini hari
Dan asap rokok yang hening berkabut
Menguliti ingatan-ingatan yang mengering
Kurus kerontang bak bilah lidi
Sementara,
puntung-puntung sisa
dan kedalaman suara
Ombak lautan yang mengudara :
Silih berganti mendebur karang-karang
Sepi dalam ilusi dan bukan puisi
4)
Dini hari
Dunia makin kosong
Di dalam larutnya sunyi
Dan juga sepi