Siang mencekam
Kemana malam
Kenapa tak kunjung datang
Mata lusuh menunggu
Gerah raga berlilit air asam
Kemana malam
Kenpa tak kunjung datang
Lama menunggu
Lalu kusulut sebatang rokok
Kuhisap lalu kukepulkan
Dan otakku melayang
Siang tetap mencekam
Tapi sebatang rokok mengajakku bertengkar dengan alam
Tentang siang hingga menjadi malam
Tentang pagi hingga menjadi malam
Tentang sore hingga menjadi malam
Waktu yang dibalut kafan pertanyaan
Lewat sebatang rokok
Kuhisap lagi hingga ia bermain ke dalam nadi
Kuhisap lagi hinggga ia menemani otakku yang sibuk berteka-teki
Kuhisap lagi dan lagi dan lagi Hingga siang ini basi
Dan ia tak mencekam lagi
Sebatang rokok ini
Pul... Tekepul... Tekepul... Mengepul-lah...
Pul... Tekepul... Tekepul... Mengepul-lah...
Pul... Tekepul... Tekepul... Mengepul-lah...
Kubacakan dzikir lewat sebatang rokok ini
Berikanlah pertolonganmu wahai Ilahi
Datangkan jawaban untuk otakku yang lama berteka-teki
Pul... Tekepul... Tekepul... Mengepul-lah...
Kumohon tetapkanlah hambamu ini
Berjalan searah kebenaranmu Ya Robbi
Selembut kepulan asap rokok berjalan pasti
Lembutkanlah hati yang kadang kala mengeras ini
Sebatang Rokok...
Kuhisap lagi
Kukepulkan lagi
Semoga esok siang tak mencekam lagi
Pul... Tekepul... Tekepul... Mengepul-lah...
Tuhan, maafkan aku berdzikir dengan cara begini
Tanjung, 01-10-2014