Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor Pilihan

Penulis, Kopi Susu, dan Kopi Paste

18 Februari 2014   17:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:43 196 7
[caption id="attachment_296045" align="aligncenter" width="303" caption="cawankecil.blogspot.com"][/caption]

Entah sejak kapan menulis dan minum kopi itu seperti bersenyawa. Menulis tanpa ditemani kopi seperti hendak menyalakan mesin kendaraan namun mesin tidak kunjung nyala. Berulangkali kunci diputar ke start tetapi mesin hanya terbatuk-batuk. Menulis tanpa segelas kopi terhidang seperti hendak berkendara yang jauh tetapi tanki kendaraan tidak terisi bensin yang cukup. Di tengah perjalanan kendaraan pun kehabisan bensin dan tidak bisa melanjutkan perjalanan.

Tentu tidak semua orang yang hobi menulis juga bersahabat dengan kopi. Sebagian orang lainnya jika menulis lebih senang sambil nge-teh. Sebagian lainnya dengan sedikit camilan. Intinya, kopi, teh, atau apa pun rupa camilan yang tersedia semuanya telah mewakafkan diri mereka masing-masing bagi sang penulis. Hanya saja kopi terlanjur menjadi sahabat universal. Apalagi jika menulisnya dalam posisi sedang dikejar deadline; yang penulis kolom dikejar redaktur, yang penulis naskah sinetron dikejar jadwal tayang, yang penulis skripsi dikejar dosen pembimbing. Karena sedang dikejar maka tidak boleh banyak tidur alias malam pun dilewati begadang. Kopi datang membantu dengan membuat mata melek semalaman. Kafein dalam kopi diyakini dapat membuat mata dan pikiran seorang yang sedang menulis tetap terjaga.

Pasar kopi pun berkembang seiring semakin banyaknya kegiatan menulis yang dilakukan orang-orang. Hukum ekonomi pun berjalan. Banyak permintaan berarti ada peluang untuk memperbanyak penawaran. Maka penjajang kopi seperti jamur di musim hujan. Di mana-mana akan dengan mudah menemukan warung, kafe, atau sekedar tenda dengan embel-embel kopi di belakangnya sehingga menjadi warung kopi, kafe kopi, dan tenda kopi. Pada tempat-tempat tersebut kita akan bertemu dengan orang-orang yang sedang menulis: dari menulis artikel, kasbon, status, hingga yang iseng menulisi meja.

Jangan-jangan kopi memang ditakdirkan bersahabat dengan dunia penulisan. Setidaknya beberapa manfaat kopi itu yang umum diketahui banyak orang ternyata bisa membantu seorang yang sedang menulis.

Pertama, kopi dapat menyamarkan bau kurang sedap. Ini pengalaman pribadi saat membawa ikan kering naik atas kabin pesawat. Setelah saya bungkus berlapis-lapis kertas koran, di atas di atasnya, sebelum kardus ditutup, saya taburkan dulu serbuk kopi. Apa hubungannya dengan kopi, bau, dan penulis. Ya, siapa tahu saking asyik dan sibuknya menulis hingga lupa mandi sehingga meski diri tidak merasakan tetapi tetapi orang sekitar sudah mencium BB yang kurang sedap. Maka, langkah paling aman adalah taburkan serbuk kopi sekitar meja tulis untuk menyamarkan BB tersebut.

Kedua, kopi juga diyakini dapat mengurangi, bahkan menghilangkan stres. Aroma kopi bisa membantu relaksasi pikiran. Bagi penulis ini tentu manfaat yang sangat besar. Coba saja bayangkan, dari mencari ide dan menentukan angel saja sudut menguras otak apalagi ketika sudah menuliskannya. Banyak yang percaya bagian paling rumit dan kadang bikin stres adalah ketika memadukan padanan kata yang tepat, menyusun kalimat yang efektif, hingga merangkai paragraf paragraf yang koheren. Nah, di sinilah kopi berperan. Bila sudah mentok karena stres berarti waktunya merelaksasi pikiran dengan aroma kopi. Hanya saja, bila persediaan kopi dan gula di rumah sedang kosong sementara honor tulisan juga belum cair, segeralah melangkah ke warung kopi terdekat. Cari meja di mana ada orang lagi ngopi. Duduk di dekatnya dan hiruplah aroma kopi milik orang itu. Ini cara paling jitu menghilangkan stres dengan aroma kopi tanpa perlu terbebani stres lain karena belum bisa beli kopi.

Ketiga, manfaat yang satu ini bukan hasil penelitian terkait kegunaan kopi bagi manusia, terutama penulis. Hanya saja manfaat yang ini justru sangat penting diingat-ingat oleh para penulis atau siapa saja yang berkecimpung dalam dunia tulis-menulis. Bagi yang sering gaul warung kopi pasti sudah hapal beberapa istilah ala warung kopi, misalnya, tebal atau tipis. Ini sama sekali tidak ada kaitan dengan isi dompet tebal atau tipis. Istilah tersebut hanya untuk membedakan tingkat kekentalan kopinya, mau yang agak kental dan tentu saja pahitnya lebih terasa atau yang lebih ringan yang berarti tambahan susunya lebih banyak. Ada juga istilah kopi susu dan kopi hitam. Nah, kalau yang ini biasanya akan berbeda harga. Kopi hitam yang tanpa susu sedikit lebih mahal dari kopi susu, apalagi kalau harga susu pas lagi naik.

Soal kopi susu atau kadang disingkat kopsus tidak ada seorang pun yang meragukan popularitas istilah dan menu ini. Kopi susu seolah sajian utama di setiap warung kopi. Dari segi penggemar pun terbilang paling banyak. Tengok saja di warkop-warkop, umumnya yang paling laris kopi susu. Untuk seorang penulis atau yang sedang hobi menulis kopi susu pilihan ideal. Kandungan kopi susu baik bagi yang sedang menulis karena melihat komposisinya, kopi dan susu. Setidaknya, jika kopi bisa menutrisi pikiran maka susu menutrisi tubuh biar tetap sehat.

Hanya saja, karena kopi susu mengandung dua manfaat sekaligus maka harganya juga lebih mahal baik dibandingkan kopi hitam maupun kopi paste. Hah, kopi paste? Memang ada menu kopi paste di warung kopi? Yaaa...tidak ada sih tetapi dalam tulis-menulis kopi paste cukup dikenal. Terus kopi paste enak ngak? Murah? Soal murah mana, terus terang kopi susu lebih mahal dari kopi paste. Tetapi soal enak mana, yakinlah kopi susu jauh lebih nikmat dari kopi paste...!

Brunswick, 18 Februari 2014

http://ahmad-syam.blogspot.com.au/

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun