Aku mungkin tersesat di belahan bumi yang salah sedangkan kamu di belahan bumi yang lain, sama-sama merasa kikuk dan tak nyaman, saling mencari belahan jiwa satu sama lain. Kita bertemu banyak orang, melihat banyak wajah dan struktur tulang, mengingat beberapa nama dan mungkin mencoba mencintai beberapa hati. Pertanyaan besarnya: apakah aku harus percaya pada jalinan takdir, sekusut apapun itu? Rasanya aku ingin menguap, tiba-tiba lenyap dari muka bumi ini, hanya karena tak tahan dengan energi cinta dalam hatiku ini. Rasanya ingin terurai, menjadi serpihan-serpihan kecil, membentuk serangkaian tumbukan, dan meledak seperti bom nulkir yang dahsyat. Atau lebih baik aku manfaatkan energi cinta ini untuk pembangkit listrik, dunia sekarat dan minyak bumi secara perlahan namun pasti akan habis.
Aku akan berhenti membual karena tulisan ini sudah tidak lagi menarik. Pertanyaan terakhir: ke arah mana harus kulangkahkan kaki dan hati ini untuk menuju tempatmu sekarang dan berlabuh? Samudra mana yang harus kusebrangi? Pegunungan mana yang harus kudaki? Beri aku pertanda, sekecil apapun itu. Paling tidak, setitik cahaya akan menerangiku mengarungi lorong cinta yang gelap dan menakutkan ini. Dan energi cinta dalam ruang dalam hatiku ini lebih dari cukup untuk menggerakkan diriku kepadamu, inci demi inci, hingga jalinan takdir kita bertemu di suatu simpul yang kuat.