Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Artikel Utama

Kehidupan Kali Code dan Romo Mangun

24 Maret 2011   08:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:29 1386 1
Kehidupan di Bawah Kolong Jembatan “Rasa takut bekerja dibawah jembatan seperti ini sebenarnya ada, tapi harus bagaimana lagi, orang saya mencari kehidupan dari situ, ko. Setiap pekerjaan pasti ada resikonya kan, mas?” Demikian kata Mardi, seorang warga yang bekerja sebagai pengumpul rongsokan di bawah jembatan Kali Code (23/4). “Saya bekerja di sini sudah lima tahun, dulu rumah-rumah di sini (Baca: rumah yang berada dibawah jembatan) tidak ada, tapi sekarang mulai banyak. Hidup di dekat kali, apalagi di bawah jembatan, seperti ini ada enaknya ada gak enaknya juga. Enaknya karena menempati lahan gratis, gak enaknya ya banyak”, Lanjutnya pria berumur 25 tahun. Kehidupan di bawah jembatan sangat membahayakan keselamatan warga sekitar. Seharusnya hal ini menjadi perhatian pemerintah, khususnya pemerintah Kota Yogyakarta. Setidaknya mereka diberikan tempat yang lebih layak dan nyaman. Mereka harus bertahan hidup dengan berbagai resiko yang harus mereka hadapi, setiap saat yang mungkin saja terjadi. Menulusuri Peninggalan Romo Mangun di Kali Code Ketika menelusuri bantaran kali code banyak sekali bangunan yang berdiri tegak. Bangunan-bangunan tersebut adalah pemukiman warga yang menempati tanah Romo Mangun yang terletak di pinggiran kali code. “Pemukiman ini adalah tanah Romo mangun. Dan dahulu tempat ini tidak seperti sekarang, dulu cuman sebagai tempat penampungan anak-anak jalanan. Tapi, kemudian banyak yang berdatangan dari berbagai daerah untuk menempati lahan ini. Pada tahun 2008 baru mulai terorganisir secara mandiri.” Demikian ungkapan Badrung yang menjaga museum Romo Mangun. Lelaki yang sudah sembilan tahun berada di bantaran kali code itu, memberikan uraian singkat mengenai gambaran kegiatan yang ada di museum dan balai serba guna. Museum yang dahulu tempat tinggal Romo Mangun itu biasa di gunakan main anak-anak warga sekitar, baik untuk belajar, main computer, dan lain-lain. “Kadang ada turis berkunjung ke sini, pernah beberapa waktu lalu ada turis yang berkunjung untuk melihat-lihat. Saya pikir, ko turis mau berkunjung ke tempat seperti ini ya? Padahal, kan di sana tempatnya lebih enak” Kata lelaki yang berasal dari purwakarta tersebut. Tempat yang mempunyai dua lantai itu, berisi berbagai macam buku. Buku yang berasal dari berbagai kalangan penyumbang itu diletakkan berbaris di dinding, mulai dari komik, tabloid, sampai buku memasak. Balai serba guna digunakan untuk kumpul-kumpul warga, untuk bimbel anak-anak smp maupun sma yang dibimbing dari mahasiswa berbagai universitas, sampai untuk puskesmas.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun