dengan sengal tergesa-gesa paling tenang.
Selalu kuijinkan puisi lalu-lalang memutar kepala,
dengan langkah diam-diam paling lantang,
baik terselip namamu atau hanya nama yang rahasia.
Aku pernah datang tanpa ketuk.
Aku pernah pergi tanpa pamit.
Kini kembali jalang sebab usang terasing.
Jarak seperti mistar pengukur sabar:
menunggu masih satu-satunya cara mengasuh rindu.