Tulisan tentang Al-Husain as itu saya baca berulang untuk memastikan akurasi dan keutuhan narasi berupa peristiwa-peristiwa yang luput dari wacana dan kisah di tengah masyarakat yang disampaikan para ustadz di masjid. Tiap ada informasi manuskrip mengenai Al-Husain as dan penggalan kisahnya pada buku-buku berbahasa Sunda dibaca. Dan ternyata memiliki kesamaan dengan narasi yang tertuang pada karya saya.
Terpikir untuk melakukan analisa dengan kajian ilmu-ilmu Humaniora agar tampak holistik dengan situasi zaman yang pada masanya. Namun, terhenyak dengan pernyataan dari diri sendiri bahwa narasi sejarah dan tokoh teladan tidak diperlu direkayasa. Sejarah mesti hadir apa adanya.
Tulisan itu tidak beres. Saya terbangun dari tidur saat istri membangunkan. Duh, apa pesan dari mimpi tersebut? Bukankah setiap peristiwa ada hikmah dibaliknya? ***