Saya anggap buku ini sedang coba promosikan keindahan akhlak, sejarah, dan kehidupan para Imam Syiah Imamiyah yang populer disebut mazhab Ahlulbait. Sebelas Imam Ahlulbait diulas dengan menyajikan akhlak, sikap teladan dihadapan musuh dan non Muslim, dan kutipan kata hikmah dari Ahlulbait.
Ketika membaca buku, serasa kembali pada masa kuliah di UIN Bandung. Merentang jauh ke masa awal Islam tumbuh, penyebaran, perkembangan dengan dinamika dinasti dan politik dalam sejarah umat Islam dan kejayaan ilmu-ilmu dalam peradaban dunia. Dan yang harus mengelus dada muncul aneka peristiwa kezaliman dan sikap zalim penguasa (dinasti Umayyah dan Abbasiyah) kepada Ahlulbait. Dari buku itu saya mengetahui sejarah umat Islam tidak lepas dari darah dan rebutan kekuasaan. Sampai sekarang pun itu yang terjadi.
Dalam buku "Berjalan di Bawah Cahaya Ahlulbait as", saya temukan bahwa Imam-imam Syiah tidak tertarik dengan jabatan kekuasaan dan menghindar dari urusan politik. Dari duabelas Imam, hanya Sayyidina 'Ali bin Abu Thalib yang memegang jabatan khalifah. Itu pun dengan "terpaksa" diterimanya demi kemaslahatan umat. Kemudian Imam Ali Ridha, yang dengan terpaksa pula menjadi putra mahkota pada dinasti Abbasiyah. Tanpa ikut dalam urusan mengatur kekuasaan. Murni Beliau terima untuk menyiarkan dakwah Islam.
Hampir seluruh para Imam Syiah, dari yang kesatu sampai sebelas, mereka wafat dibunuh dan diracun. Mereka disebut orang-orang syahid dan hari wafatnya diperingati oleh kaum Muslim Syiah sebagai syahadah atau haul.
Dari buku tersebut, saya mengetahui bahwa para Imam Syiah ini dalam aktivitasnya tidak lepas dari keilmuan dan syiar agama Islam. Kata-hikmah hikmah dan tanya jawab keagamaan dari mereka dihimpun oleh para muridnya dalam berbagai kitab hadis dan tarikh. Benar-benar menjadi acuan bagi orang Islam sekarang untuk melihat model ideal Muslim setelah Rasulullah Saw.
Sebut saja Imam Jafar Shadiq putra Imam Muhammad Baqir putra Imam Ali Zainal Abidin putra Al-Husain, cucu Rasulullah saw dari Sayyidah Fathimah Zahra. Imam Jafar ini dalam situasi kecamuk politik pernah ditawari untuk menjadi penguasa dengan cara mengerahkan pasukan untuk menghabisi dinasti Umayyah yang sedang fase keruntuhan.Â