Kipas angin di ujung ruangan itu menoleh ke kanan dan ke kiri, sesekali tersendat dan berderit karena usia yang telah uzur dan pemakaian yang abusive oleh pemiliknya. Konon kipas angin tersebut tak pernah mati untuk mengimbangi suhu ruangan kos yang seperti neraka. Di samping kipas angin, Dani tidur dengan sesekali mengusap muka yang berkeringat. Keringat berkumpul di dahi menjadi seukuran biji jagung lalu terjun ke kelopak mata. Air keringat itu menyelinap pula di sela sela bibirnya yang membuatnya mengecap rasa asin. Seperti pagi pagi sebelumnya, Dani dibangunkan oleh alarm alami, yaitu keringat.
KEMBALI KE ARTIKEL