Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Memperberat Keuangan Kerajaan..

2 April 2010   02:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:02 243 0
Oleh: Akhmad Murtajib Cerita tentang Resi Agastya dalam epic Mahabarata sepertinya pantas kita renungkan hari ini.  Suatu ketika dalam pengasingan duabelas tahun akibat kalah bermain dadu yang disebabkan kecurangan Sengkuni, wakil Kurawa dalam permainan dadu itu, Pandawa bertemu dengan seseorang yang menceritakan tentang resi Agastya, resi besar pada zaman itu. Agastya itu resi tua yang hidup di hutan, serba sederhana. Suatu ketika istrinya mengeluh, "kanda, terus terang saja aku ingin seperti dulu. Hidup di rumah yang mewah, ranjang empuk, perhiasan indah, makanan enak. Maukah kanda mencari itu lagi untukku?" Sang Resi hanya tersenyum mendengar permintaan itu. Lalu dia bilang, "apa yang bisa aku lakukan untuk menghadirkan itu semua untukmu, sayang?" Lopamudra, istri Agastya tahu akan  kekuatan gaib dalam diri Agastya. Dengan kekuatan itu, Agastya bisa menghadirkan apa saja yang diinginkan.  "Kanda punya kekuatan sakti untuk menghadirkan semua benda itu. MAukah kanda menghadiahkan kesenangan hidup itu untuk ku?" kata Lopamudra. Sang Resi menoleh  istrinya, lalu berkata, "Benda-benda kemewahan itu sifatnya sementara. Apakah dinda menghendaki benda yang sifatnya sementra itu dengan kekuatan sakti yang kumiliki?" "Bukan begitu maksudku, kanda," jawab Lopamudra. "Maksudku, kanda bukannya menggunakan tenaga sakti itu untuk menyulap benda-benda yang kuinginkan. Melainkan, aku ingin dengan kekuatan sakti yang lain, berupa keuletan dan kesabaran dalam berusaha." Lopamudra dan suaminya akhirnya bersepakat menjalani laku brahmana. Untuk tujuan itu, mereka mendatangi istana, untuk  secara jujur meminta itu kepada raja. Di zaman itu, bagi brahmana adalah hal yang lumrah, bahkan dibenarkan mendapat perlakuan baik dari istana kerajaan manapun. Ketika menghadap raja, resi Agastya menyampaikan maksudnya, "Tuanku raja. Hamba datang kesini dengan tujuan meminta sesuatu kepada paduka. Berilah kami harta, walau sedikit, asalkan pemberian itu tidak menyebabkan berkurangnya jatah bagi rakyat di kerajaan ini." Tak biasanya seseorang, resi sekalipun, yang meminta kepada raja dengan syarat itu. Hingga akhirnya, sang raja memperlihatkan kepada sang resi catatan keuangan kerajaan. Sang resi membaca sendiri, sambil menghitung. Tapi sang resi mendapati bahwa catatan pendapatan dan pengeluaran  di kerajaan itu tidak ada kelebihan. Sang resi dan istrinya itu pun bertandang ke kerajaan-kerajaan lain, tapi mendapati hal serupa. Ternyata tidak ada kelebihan sedikit pun. Setiap catatan pendapatan dan pengeluaran kerajaan selalu tidak ada kelebihan. Tampaknya kenyataan itu selalu ada sejak tempo dulu. Melihat kenyataan itu, akhirnya Agastya bilang kepada istrinya, "menerima sedekah dari seorang raja sama artinya dengan memperberar beban yang harus ditanggung rakyat kerajaan itu. Aku harus mencari di tempat lain." Sang Resi dan istrinya akhirnya mencari di tempat lain, dengan bekerja sesuai keahlian yang dimiliki. Tanpa harus memperberat kerajaan. Yudistira, sesepuh Pandawa, merenungkan cerita tentang resi Agastya dan istrinya itu. Cerita ini menjadi isnpirasi dalam menjalankan tugas kerajaan ketika nanti, pasca perang di padang kuruseta, Yudistira dinobatkan menjadi raja Hastinapura. Tapi Yudistira tetap tidak mengerti, kenapa sang resi Agastya tidak bertanya, mengapa sejak tempo dulu tidak ada kelebihan dari perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran kerajaan? Apakah karena dirinya yang tidak pandai berhitung? Atau kah karena perencanaan keuangan kerajaan yang tidak tepat? Atau karena ada pengeluaran yang sebenarnya tidak perlu? Tentang pertanyaan-pertanyaan itu, sampai kini memang belum terjawab dalam epic Mahabarata itu, atau mungkin saya sendiri, sang penulis blog ini, yang belum menemukannya. Tapi di suatu zaman nanti, kata Yudistira, mungkin akan terjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Di tanah Jawa ini, apa yang terjadi pada hari ini, mungkin merupaan jawaban dari pertanyaan itu. Mari kita lihat sendiri apa yang sesungguhnya terjadi.... kredit foto. Sumber bacaan: C. Rajagopalachari, Mahabarata, ircisod.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun