Organisasi mahasiswa seharusnya menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar kepemimpinan dan berkontribusi secara aktif. Namun, kenyataannya, banyak organisasi mahasiswa yang masih dikuasai oleh alumni, yang meskipun sudah lama lulus, tetap mempengaruhi keputusan-keputusan penting dalam organisasi tersebut.
Pengaruh alumni ini sering kali terasa dalam setiap keputusan yang diambil oleh pengurus aktif. Sebagai contoh, meskipun pengurus baru memiliki visi dan ide-ide segar, keputusan penting mengenai kegiatan atau anggaran sering kali tetap melibatkan campur tangan alumni yang merasa masih memiliki hak untuk mengarahkan organisasi tersebut.
Padahal, pengurus baru seharusnya diberikan kebebasan untuk menjalankan program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Jika terlalu banyak campur tangan dari alumni, hal ini bisa menghambat kreativitas dan inovasi yang sangat dibutuhkan oleh organisasi untuk tetap relevan dengan perkembangan zaman.
Salah satu dampak dari dominasi alumni adalah pengambilan keputusan yang menjadi lebih lambat dan tidak efisien. Ketika setiap keputusan besar harus melibatkan persetujuan alumni, maka proses pengambilan keputusan menjadi lebih rumit dan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan atau keinginan anggota organisasi saat ini.
Selain itu, dominasi alumni dalam pengambilan keputusan juga membuat kebebasan pengurus baru dalam menjalankan program-programnya semakin terbatas. Mereka sering kali harus mengikuti cara atau kebijakan yang sudah ditetapkan oleh alumni, meskipun kebijakan tersebut mungkin sudah tidak relevan lagi dengan situasi dan kondisi terkini.
Fenomena ini menyebabkan organisasi mahasiswa menjadi kurang dinamis dan terkesan stagnan. Inovasi yang diharapkan dapat muncul dari pengurus baru menjadi terhambat oleh ketidakmampuan untuk mengambil keputusan secara mandiri dan sesuai dengan visi mereka sendiri.
Bahkan, dalam beberapa kasus, alumni cenderung memaksakan pandangan atau ide-ide mereka yang sudah usang kepada pengurus baru. Hal ini bukan hanya merugikan pengurus yang baru, tetapi juga bisa menyebabkan organisasi kehilangan potensi besar untuk berkembang dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Padahal, organisasi mahasiswa seharusnya menjadi tempat bagi mahasiswa untuk belajar, berkreasi, dan mencoba hal-hal baru tanpa dibatasi oleh ketakutan atau tekanan dari generasi sebelumnya. Ketika ruang bagi mahasiswa baru untuk berkembang terhambat oleh campur tangan alumni yang terlalu besar, maka tujuan utama dari organisasi mahasiswa itu sendiri akan sulit tercapai.
Keberadaan alumni dalam organisasi mahasiswa memang penting untuk memberikan arahan dan pengalaman yang berharga. Namun, mereka seharusnya tidak mendominasi setiap keputusan yang diambil oleh pengurus aktif. Alih-alih menjadi penghalang, alumni bisa berperan sebagai mentor yang memberikan bimbingan tanpa harus mengendalikan sepenuhnya jalannya organisasi.
Sebagai pengurus baru, mahasiswa seharusnya diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuan mereka dalam mengelola organisasi. Memberikan kebebasan ini akan memungkinkan mereka untuk lebih berinovasi, mencoba berbagai pendekatan baru, dan mengembangkan organisasi dengan cara yang lebih segar dan relevan dengan zaman sekarang.
Pada akhirnya, untuk menjaga keberlangsungan organisasi mahasiswa yang sehat, penting bagi alumni dan pengurus baru untuk menemukan keseimbangan. Alumni bisa memberikan kontribusi dalam bentuk saran atau dukungan, namun pengurus baru harus diberi ruang untuk mengambil keputusan sesuai dengan visi dan kebutuhan mahasiswa saat ini.
Dengan cara ini, organisasi mahasiswa tidak hanya akan tetap relevan, tetapi juga akan terus berkembang menjadi tempat yang memberikan pengalaman dan pembelajaran yang bermanfaat bagi setiap anggotanya. Kebebasan bagi pengurus baru untuk mengambil inisiatif akan membuka peluang bagi organisasi untuk mencapai potensi terbaiknya tanpa terkekang oleh dominasi masa lalu.