Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerbung

Alin dan Elon: The Series

24 Juni 2023   10:01 Diperbarui: 24 Juni 2023   10:11 161 1
"Gangguan Malam"

Sudah tiga malam terakhir secara berturut-turut, Alin kerap terbangun dari tidurnya. Ia belum pernah mengalami hal demikian. Keesokan harinya selepas makan malam, ia menceritakan perihal itu pada Elon.

"A, aku kok sudah tiga malam ini selalu kebangun ya waktu tidur. Dan selalu mimpi buruk. Terus entah kebetulan atau bukan, itu selalu jam 2:15," ungkapnya.

"Makanya kalau mau tidur baca doa dulu. Biar tenang dan nyenyak tidurnya," sahutnya.

"Itu sih iya. Setelah kebangun itu, aku jadi susah tidur lagi. Paginya aku jadi ngantuk di kantor dan itu jadi berpengaruh pada kerjaanku," ujarnya.

"Ya udah kalau kebangun lagi sekalian sholat tahajud aja. Kan ada bagusnya juga. Setelah ibadah, hati jadi tenang, tidur pun bisa nyenyak lagi. Ya toh?" tukasnya.

"Tapi kalo dipikir-pikir apa ada hubungannya dengan ucapan Saras ya," katanya.

"Emang apa katanya?" tanyanya.

"Gara-gara belakangan ini ramai pemberitaan media tentang tindak kriminal di apartemen, dia lalu bertanya padaku perihal kondisi di apartemen kita. Aku bilang gak ada tuh yang begituan di tempatku. Apartemenku aman-aman aja," ungkapnya.

"Oh, jadi karena ucapannya itu, suasana hatimu jadi terbawa yang berakibat kamu jadi mimpi buruk gitu," ujarnya.

"Mungkin," imbuhnya.

"Tapi aku gak terima kalo apartemen dibilang identik dengan tempat prostitusi, transaksi, mutilasi, dan berbagai aksi negatif atau destruktif lainnya. Itu jelas tidak fair. Kriminalitas bisa terjadi dimana aja dan kapan aja. Iya nggak?" ungkapnya.

Saat sedang asyik ngobrol, tiba-tiba saja terdengar bunyi yang cukup keras dan terputus-putus. "Bwrew, bwrew, bwrew!" Alin dan Elon yang terperanjat, kompak berucap, "Bunyi apaan tuh?"

Elon spontan mencari sumber bunyi tersebut seraya mendekat ke arahnya. Ia lalu menempelkan telinga kirinya ke dinding sambil berkata, "Kayaknya dari sini."

"Lho, kamar sebelah kan kosong," ucap Alin.

"Tapi bunyinya jelas sekali. Seperti gerinda atau bor listrik. Apa itu bunyi si pelaku sedang memotong-motong korbannya?" ujarnya seperti menakuti.

"Jangan bercanda deh!" sahutnya.

"Terus apa dong?" tukasnya.

"Lapor ke satpam dong," timpalnya.

"Coba kita tunggu dulu sebentar. Kita lihat apakah bunyi itu masih terdengar lagi atau tidak. Oke?" katanya.

Menunggu sambil berharap bunyi itu tidak muncul lagi, suasana mendadak berubah menjadi tegang. Di saat  hening seperti itu, tiba-tiba terdengar kembali bunyi berisik seperti sebelumnya tapi agak berbeda. "Ngeeng, ngeeng, ngeeng!"

Keduanya melongo seperti tidak menyangka. Seperti diberi isyarat Alin, Elon terpaksa melakukan apa yang tadi ia bilang. Sesaat kemudian pintu kamar diketuk. "Tok, tok, tok!" Keduanya saling memandang dengan heran. Elon bergegas melangkah ke arah pintu lalu membukanya.

Alin menunggu di dalam kamar sembari bertanya-tanya siapa dan ada apa gerangan saat Elon menemui si pengetuk pintu di luar kamar. Ketika Elon masuk kembali ke kamar, Alin tidak sabar untuk segera bertanya.

"Siapa tadi?" ucapnya

"Satpam," katanya.

"Kenapa rupanya," sahutnya penasaran.

"Case is closed. Kamar mandi di kamar sebelah sedang dibongkar. Saluran air dari kamar mandi yang ada di atasnya mampet. Itu sebabnya tadi terdengar seperti suara gergaji dan bor listrik karena sedang ada perbaikan," ungkapnya.

"Oh syukurlah. Semoga tidak ada lagi gangguan malam ini," ucapnya lega.


...........


"Dejavu"

Terdengar suara langkah kaki seseorang mendekat ke sebuah pintu di sore itu. Sambil memegang goodie bag di tangan kirinya, si wanita yang baru pulang kerja menyusuri koridor apartemen yang masih temaram dengan sedikit penerangan yang dinyalakan.

Sampai di pintu yang dituju, dia mengeluarkan kunci pintu dari dalam tasnya lalu memutar kunci itu tapi ternyata pintu itu dalam keadaan tidak terkunci. Mendapati hal tidak biasa itu, dia terkejut. Dugaannya sang suami mungkin lupa mengunci atau sudah pulang duluan. Dan semua itu terjawab saat pintu dibuka.

"Tumben udah pulang?" sapa Alin.

Elon hanya mengangguk tanpa berkata-kata.

"Kenapa kamu, A? Sakit?" ujarnya sambil menyalakan lampu sehingga membuat Elon silau.

Elon hanya diam dan menggelengkan kepala.

"Ada masalah di kantor?" tanyanya.

Sekali lagi Elon hanya menggelengkan kepala.

"Boleh cerita ada apa gerangan?" pintanya.

Akhirnya Elon buka suara. "Aku mengalami hal yang buruk tadi," akunya.

Raut muka Alin mendadak berubah lantas berucap, "Jangan katakan kamu telah diberhentikan!"

"Tidak. Bukan itu," sahutnya.

Alin lega tapi masih penasaran. "Oh syukurlah. Terus apa?"

"Pernahkah kau menyaksikan seseorang meregang nyawa di hadapanmu?" tanyanya dengan mimik muka serius dan takut.

Alin yang terkejut mendengar hal itu, hanya menggelengkan kepala lalu dengan spontan menanggapi, "Ada apa sebenarnya?"

"Begini ceritanya. Selesai offsite meeting tadi, aku langsung pulang lebih awal. Kantor tahu hal itu dan membolehkan. Aku pun memacu motorku hingga terhenti karena lampu merah. Kebetulan aku ada di baris paling depan bagian tengah."

"Dari sebelah kananku, terlihat seorang wanita tua akan menyeberang jalan ke ruas kiri jalan. Sebuah pemandangan yang biasa saja. Begitu aku pikir. Akan tetapi hanya selang beberapa detik kemudian, terjadi peristiwa yang menggemparkan. Tahu apa yang terjadi?"

Alin membelalakan matanya seraya berujar, "Apa?"

"Wanita tua itu dihantam sebuah mobil yang sedang melaju kencang dari sisi kiri jalan. Akibatnya tubuhnya terpental beberapa meter. Hal mengerikan yang selanjutnya terjadi wanita itu jatuh mendarat tidak jauh dari hadapanku. Menyaksikan itu, aku tercekat dan tubuhku seakan diam membatu karena dikuasai perasaan takut."

"Kengerian berlanjut saat wanita tua malang itu seperti menatap ke arahku seraya mengarahkan telapak tangannya seakan minta tolong padaku. Rasa takut yang menguasai diriku membuatku tak kuasa untuk menolongnya. Beruntung beberapa orang kemudian muncul dan menolongnya."

"Dan yang membuatku bergidik, pemandangan tragis itu seperti dejavu. Setelah ku ingat-ingat lagi, pemandangan itu muncul dalam mimpi yang ku alami beberapa hari terakhir. Mimpi itu seperti pemberitahuan padaku tapi saat peristiwa itu benar-benar terjadi, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku merasa bersalah karena tidak bisa menolongnya."

"Oh jadi gitu ceritanya. Aku mengerti perasaan Aa. Aku rasa Aa tidak bisa disalahkan karena tidak menolong wanita itu. Kita tentunya tidak seharusnya melakukan sesuatu dalam kondisi jiwa atau emosi yang sedang labil. Ya toh? Tuhan pasti tahu niat baik dalam hati Aa untuk menolong wanita itu," hibur Alin.

"Aku rasa kamu benar, Say," tanggap Elon singkat.

"Anyway, secangkir teh manis hangat di penghujung sore ini plus roti tentu sangat menyenangkan bukan?" ujarnya sambil bangkit menuju kitchen set.

"Wow kedengarannya menarik," tukasnya.

Keduanya lalu menyeruput teh yang dihidangkan sambil menikmati camilan yang dibeli Alin sewaktu pulang kerja.

"Sudah enakan sekarang?" ujar Alin.

"Jauh lebih enak. Thanks ya, Say," imbuhnya.

Alin hanya tersenyum dan lega melihat suasana hati Elon yang sudah kembali seperti semula.


...........

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun