"Saya nikahkan Carolina Suwitno dengan Herlon Prawiharja dengan mas kawin perhiasan emas dan seperangkat alat sholat," kata sang penghulu.
Terngiang kembali peristiwa bersejarah yang terjadi hampir setahun lalu itu dalam benak Alin. Momen sakral, bahagia sekaligus mengharukan itu membuatnya termangu untuk sesaat di meja kerjanya. Sebagai pasangan yang akan memasuki tahun pertama pernikahan, ia kepingin sekali merasakan dan merayakan anniversary pertamanya itu.
"A, anniversary pertama kita nanti boleh gak aku minta sesuatu," ucap Alin.
"Boleh aja. Apaan tuh?" sahut Elon.
"Aku pengin makan malam yang romantis, pake candle light, dengan hidangan khas Korea, diiringi musik klasik, di tempat yang tinggi sambil menyaksikan bintang-bintang di langit yang bekerlap-kerlip," ungkapnya.
"Wooow!" seru Elon.
"Apa Aa keberatan?" tanyanya.
"Jelas nggak dong, Say! Apa sih yang tidak buat kamu," jawabnya seperti sedang memikirkan sesuatu.
Seminggu kemudian
Di malam yang sudah dinantikan dan dipersiapkan, Elon beraksi.
"Sudah siap, Say?" ujar Elon.
Alin yang penasaran, hanya mengangguk.
"Sekarang buka penutup matamu!" perintahnya.
"Ta daaa! Seperti yang diminta. Makan malam yang romantis, pake candle light, hidangan Korea, diiringi musik klasik, di tempat yang tinggi beratapkan langit yang dipenuhi bintang-bintang yang bekerlip-kerlip," seru Elon.
Ternyata balkon yang biasa jadi tempat jemur pakaian, telah disulap sedemikian rupa oleh Elon. Meja setrika yang tertutup rapat oleh taplak, tampak tersamarkan. Di atasnya terdapat sebuah lilin elektrik yang anti mati jika ditiup angin. Di atasnya juga sudah terhidang dua mangkuk mie instan Korea yang biasa dibeli di toserba. Tak ketinggalan iringan musik klasik dari speaker mini hp wireless-nya Elon. Dan tentunya pemandangan langit malam yang bertaburkan bintang-bintang.
"Oh ya ampun!" seru Alin tak percaya.
Perasaan senang sekaligus kesal bercampur aduk dalam dirinya saat melihat ulah dan kelakuan sang suami.
"Ya sudahlah," gumamnya dalam hati mencoba untuk menerima keadaan dan menikmatinya.
.........
"Lift"
Di hari-hari kerja, lift di gedung pencakar langit itu selalu ramai digunakan oleh para pegawai kantor dan pengguna lainnya. Di antara antrean pengguna lift hari itu ada Alin. Telah bekerja empat tahun disana, ia rutin menggunakan fasilitas itu untuk menuju lantai 11 dimana kantornya berada.
Suatu ketika secara tidak sengaja saat hendak keluar dari lift, Alin menabrak seorang pria yang hendak masuk ke lift. Dengan spontan ia langsung minta maaf. Demikian pula dengan si pria yang tampak buru-buru seperti sedang mengejar sesuatu.
Kejadian aneh hari itu ternyata tidak berhenti sampai disana. Alin dan si pria sama-sama tidak menyangka akan bertemu kembali setelah tabrakan itu. Pada hari itu juga keduanya bertemu kembali secara formal dalam urusan kerja.
Saat si pria mendatangi kantor Alin, ia diminta untuk menunggu di ruang tamu yang disediakan. Sebagai asisten manager yang bertugas hari itu, Alin lalu mendatangi pria itu. Alangkah terkejutnya mereka berdua saat bertemu kembali. Suasana mendadak canggung seketika. Namun bagaimanapun dalam urusan kerja, mereka harus profesional.
Alin terlebih dulu menyapanya, "Selamat siang. Saya Alin. Ada yang bisa saya bantu?"
Si pria lalu memperkenalkan diri lalu menyatakan maksud kedatangannya. Tenyata itu adalah kantor ketiga yang ia datangi di gedung itu pada hari itu. Di akhir pembicaraan, si pria menyinggung kembali insiden lift yang mereka alami sambil berkata, "Maaf atas kejadian tadi. Saya buru-buru karena sudah mepet dengan jadwal di kantor pertama."
Alin tidak mempersoalkannya. Ia menerima satu bundel map berisi proposal produk dari si pria untuk diserahkan nantinya ke sang atasan. Ia tergelitik saat melihat nama yang tertulis di sampul map. "Elon".