Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Senyuman di Hari Kemerdekaan

27 Agustus 2024   18:47 Diperbarui: 27 Agustus 2024   18:51 23 0
Setelah beberapa tahun mengarungi kehidupan sebagai mahasiswa aktivis, Ardi kini menjajaki dunia jurnalistik. Meski belum menyelesaikan kuliahnya, ia telah berhasil menempatkan dirinya di lingkungan yang penuh dinamika, terlibat dalam berbagai survei politik dan kegiatan edukasi literasi di Kota Intan. Pekerjaannya sebagai jurnalis memberinya banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan berbagai kalangan, memperluas relasi, dan memperdalam pemahaman tentang isu-isu sosial yang ia pedulikan.

Suatu hari, di tengah kesibukan persiapannya sebagai panitia perayaan Hari Kemerdekaan, Ardi bertemu lagi dengan Nia. Sudah cukup lama sejak mereka terakhir kali berinteraksi secara langsung, dan kini Nia tampak semakin dewasa. Ia bukan lagi gadis SMA yang dulu ditemui Ardi di angkot, tetapi seorang wanita muda yang mandiri dan penuh percaya diri. Nia juga aktif di beberapa kegiatan sosial, dan keterlibatannya dalam kepanitiaan perayaan Hari Kemerdekaan menunjukkan betapa ia telah tumbuh menjadi sosok yang disegani.

Selama persiapan acara, Ardi dan Nia sering berinteraksi. Meski Nia tidak menyadari perasaan Ardi yang tersimpan sejak lama, ada sesuatu yang hangat dalam setiap pertemuan mereka, seolah-olah ada jejak kenangan masa lalu yang menyatu dengan keakraban baru yang terjalin di antara mereka. Di antara kesibukan mengurus logistik, menghias panggung, dan memastikan semua berjalan lancar, Ardi menikmati setiap momen yang ia habiskan bersama Nia.

Suatu malam, setelah latihan akhir sebelum hari besar, beberapa anggota panitia mengajak Ardi untuk minum-minum di sebuah warung dekat lokasi acara. Mereka ingin merayakan suksesnya persiapan dan melepas penat setelah berminggu-minggu bekerja keras. Ardi, yang dikenal sebagai sosok yang tegas dan disiplin, sebenarnya sudah menyiapkan alasan untuk menolak ajakan itu. Namun, sebelum ia sempat mengutarakan niatnya, Nia yang kebetulan berada di dekatnya, tiba-tiba menendang pelan kakinya di bawah meja.

Ardi menoleh, dan melihat tatapan Nia yang penuh perhatian. Itu adalah peringatan halus dari Nia, seolah ia mengingatkan Ardi agar tidak terbawa suasana. Ardi tersenyum, merasa tersentuh oleh kepedulian Nia. Ia tahu betul bahwa ia tidak akan terbawa arus, tetapi perhatian kecil dari Nia membuatnya merasa dihargai. Ardi lalu menolak ajakan itu dengan cara yang sopan, menyebutkan bahwa ia masih memiliki beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan.

Setelah itu, Nia mendekat, dan dengan nada yang lembut namun penuh makna, ia berkata, "Kamu sudah berubah, Ardi. Aku senang melihatmu tetap pada prinsipmu." Ardi hanya bisa tersenyum, menyadari bahwa hubungan mereka, meskipun tidak romantis, telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kenangan masa kecil.

Malam itu, setelah semua orang pulang, Ardi merenungkan pertemuannya kembali dengan Nia. Ia tahu bahwa perasaan yang ia miliki tidak akan begitu saja hilang, tetapi ia juga tahu bahwa waktu dan takdir yang akan menentukan arah hubungan mereka. Ardi yakin, jika memang ada kesempatan yang tepat, semuanya akan berjalan dengan sendirinya, tanpa perlu dipaksakan. Dan untuk saat ini, ia menikmati setiap momen yang bisa ia habiskan bersama Nia, seraya terus melangkah maju dalam hidupnya sebagai seorang jurnalis dan aktivis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun