Singa, hewan yang bisa dikategorikan sebagai sebuah perwujudan. Banyak kalangan memilih singa sebagai logo, simbol, maupun analogi semangat. Tentu saja jika dibandingkan dengan kita sebagai manusia, kita patut bersyukur karena terlahir sebagai manusia yang memiliki akal pikiran. Akal pikiran menjadi perbedaan manusia dengan ciptaan Tuhan lainnya, termasuk dengan hewan. Walaupun hewan pun juga memiliki kelebihan dengan berbagai macam bawaan yang bisa digunakan untuk melindungi dirinya sendiri.
Saya menganalogikan singa sebagai representasi kewibawaan, keberanian, dan pantang menyerah. Teringat dikala kecil, setiap Hari Minggu atau hari libur tiba, dengan zaman yang sudah cukup maju kala itu, di depan televisi menanti sebuah tayangan. Tayangan yang mengajarkan tentang kekuasaan di suatu wilayah. Ya, hutan. Kekuasaan di hutan dipegang oleh singa, bentuk dari kekuasaan yang dikuasai oleh raja hutan. Begitu cerita membentuk istilah bagi para penontonnya. Dapat saya pelajari kala itu, bahwa singa yang merupakan hewan buas dengan taring tajam, bulu di lehernya yang sangat tebal, ukuran tubuhnya yang besar, serta kelihaiannya ketika berburu mangsa, semuanya dibalut dengan sikap yang melayani masyarakat. Sebuah penghormatan dari masyarakat hutan ketika bertemu dan berinteraksi dengan sang raja hutan. Kewibawaannya menunjukkan setiap ucapan yang dikeluarkannya adalah penepatan atas janjinya.
Dalam perjalanan cerita, tak jarang terjadi perang atau konflik melawan musuh yang mengharuskan sang raja turun tangan untuk berkelahi menghadapi musuh. Perjuangan berkelahi dengan musuh mengharuskan berjibaku, berdarah-darah, serta berbalut luka. Keberanian yang tercermin dari sikap dan wibawa seorang raja hutan.
Ketika menghadapi suatu permasalahan di kerajaan hutan, singa selalu mencari akal agar bisa menyelesaikan masalah itu. Itikad baik raja hutan yang menjadi cerminan sikap pantang menyerah dengan akal yang digunakan untuk berfikir. Tidak ada kata menyerah sebelum permasalahan itu selesai. Karena ketika di kerajaannya terjadi masalah, maka yang akan menanggung masalah itu adalah warga hutan.
Lalu, bayangkan ketika sang raja hutan tertidur. Tidak menunjukkan kepiawaiannya dalam berperang, tidak menunjukkan kewibawaannya dalam memimpin, serta tidak berpikir sama sekali dalam permasalahan-permasalahan yang menerpa kerajaannya. Maka, terjadilah kekosongan pikiran, ide, dan keberlangsungan kerajaan hutan. Kemudian, pertanyannya adalah bagaimana cara membangunkan singa yang tertidur? Â Hanya Anda yang bisa menjawab.