Hanya mampu ucapkan, Selamat jalan kasih.
1 message received. Kupencet tombol Read, “bg jd k humz khan??”. Ku reply, “ jd dunkzz, tunggu adja dirumah y… jam 8 teng, bg nyampe didepn pntu…”***
Kulihat diriku di cermin,”Hmmm.. sudah cukup keren”pikirku. Meskipun banyak bilaku culun, tapi aku tetap pede dengan gayaku. Sekali lagi kuambil sisir untuk merapikan rambutku yang lurus dan licin. Aku tersenyum menampakkan gigi kawatku yang menurutku keren abis. “sebenarnya apa sih yang kurang dariku? Knapa ngak ada seorang gadispun yang mau jadi pacarku?” tanyaku heran. Tapi aku tetap semangat, aku akan terus berusaha. Pantang menyerah. Jangan menyerah, jangan menyerah kata d’masiv.
***
Aku sudah memburu gadis sejak kelas 3 SMP, itu artinya sudah 4 tahun lebih aku mencari cintaku. Mungkin waktunya yang masih kurang. Tapi, melihat Dirly, Pasha, Ariel, Ryan, Charly, dan teman-teman yang lain, yang sudah punya pacar, aku sunguh iri. Setiap aku mulai menembak wanita, macam-macam aja yang keluar dari mulut mereka.
“iihh, kamu kepedean banged sich?”
“kamu norak banged sich?”
“jangan bercanda dong?”
“kamu piker aku ini cewek apaan?”
“ngaca dong, kacamatamu kurang tebal ya?”
“idihh, amit-amit deh?”
Itulah kata-kata dari Luna, Mulan, Mytha, Shiren, dan cewek lainnya.
***
Kutarik nafasku, dan berharap kali ini aku diterima oleh Siska. Siska adalah gadis yang kesekian aku dekati. Dia satu-satunya gadis yang bisa mengerti aku. Selain itu, dia baik dan menurutku dia cantik, serasilah dengan bentuk tubuhku ini.
***
“jarang loh ada cowok yang kayak kamu”, kata Siska beberapa waktu lalu.
“Maksud kamu ganteng ya?” tanyaku dengan kepedean. Siska tertawa.
“yee…. Siapa bilang kamu ganteng, jangan narsis dong..”. jawabnya
“jadi, aku ini jelek ya…?”
“ya nggak lah, kamu itu nggak jelek kok, kamu itu unik, sama uniknya dengan kepribadianmu, kamu itu pintar, baik, jujur, iseng, dan selalu percaya diri, aku seneng banget bisa temenan sama kamu.”
Oh my God. Akhirnya ada juga gadis cantik yang mau nerima aku ada apanya… eits, apa adanya. Dan malam ini merupakan saat yang tepat untuk menembaknya.
***
Dengan mantap aku menstarter cub 70 alias kaptul peninggalan kakekku untuk pergi kerumah Siska. Hatiku menjerit.
“Siska…… aku datang!!!” teriakku sepanjang jalan. Tepat jam 20.00 Waktu di jam tanganku, aku tiba dirumah sederhana berwarna biru itu. Aku tetap masuk meskipun agak bingung.
“kok tumben ada banyak orang disini? Ada acara apa ya? Tapi kenapa semua orang memakai pakaian hitam? Siapa yang meninggal?” batinku.
“Permisi Om, Siskanya ada?” tanyaku sambil berbisik pada papa Siska yang duduk bersama beberapa temannya di halaman depan.
“Ada di dalam”, kata papa siska dengan nada datar.
Akupun masuk, kucari Siska di antara orang-orang yang ada disana, tapi nggak ada. Dimana ya. Akupun mulai panik.
“Maaf mbak, tahu nggak Siska ada dimana?” tanyaku pada salah seorang yang duduk disitu. Orang itu menunjuk keruang sebelah, akupun menuju kesana. Ku dengar orang-orang membaca Surah Yassin.
Dengan jantung berdebar, akupun masuk ke dalam. Bias kulihat jelas seseorang terbungkus kaku disana.
“Jangan-jangan mama Siska meninggal? Kasihan dia! Trus mana Siska?” pikirku. mataku tertuju pada sesosok wanita berkerudung putih yang menangis sesenggukan. Itu pasti Siska, lalu aku mendekatinya.
‘tabah ya Sis, relakanlah beliau disana, supaya beliau bias pergi dengan tenang.” Dia mengangguk, namun masih saja menangis. Kulingkarkan tanganku dibahunya, membiarkan Siska menangis di dadaku. Airmataku mulai keluar, akupun larut dalam kesedihan.
“ Bang Reno,” tiba-tiba saja Bella, adik Siska yang paling kecil menarik lengan kemejaku, aku menoleh.
“kak Siska udah meninggal bang,” katanya sembari menangis
Meninggal???? Lalu siapa yang aku peluk ini. Aku melepaskan pelukanku, lalu kuintip sedikit wajah dibalik kerudung itu. Ya Tuhan, ternyata mama Siska!!! Akupun pingsan seketika.
Siska adalah satu-satunya gadis yng bias menerimaku apa adanya, kini sudah tiada, batinku setelah sadar.
“Ini ada surat dari kak Siska buat bang Reno,’ kata Bella sambil menyerahkan sepucuk surat untukku. Aku membacanya.
Buat bang Reno,
maaf ya bang, selama ini Siska nggak pernah bilang ke abang kalau Siska sakit tumor otak. Siska nggak mau bikin bang Reno merasa kasihan sama Siska, lalu memperlakukan Siska dengan aneh. Saat abang baca surat ini, mungkin Siska sudah pergi. Bang Reno tetap kuat ya, tetap jadi diri bang Reno yang aku kenal. Bang Reno yang pintar, tulus, baik hati, tidak sombong, jujur, dan percaya diri. jangan cengeng ya bang…. Tetap optimis cari pasanganhidup yang terbaik ya bang. Siska syang bang Reno.
Siska
Airmataku mengalir. “aku nggak kan pernah berubah Sis. Aku tetap jadi diriku sendiri. Tetap jadi Reno yang baik dan keren. Yang selalu optimis dalam mengarungi kehidupan”.
Teringat kembali nada Message tadi sore..
Inilah saat terakhirku melihat kamu, Jatuh air mataku menangis pilu
Hanya mampu ucapkan, Selamat jalan kasih.