Di suatu sore, ufuk menguning dan mengeluarkan pendar merah. Menyalang. Mataku tertegun meneropong gelap yang mulai merayapi langit. Sebentar lagi horison akan tetutup kelam, gumamku dalam hati. Menjelang malam, aku melihat alam yang diperlakukan Tuhan dengan sangat sempurnanya. Aku dé javu. Ingatanku menggerayangi tahun-tahun, memutar sejarah dan kembali ke akhir abad 8 H, ketika seorang perempuan yang masih kecil tersedu menangis.
KEMBALI KE ARTIKEL