Rumah Penuh Tekanan
Setiap kali Rina membuka pintu rumah, ia disambut oleh suasana yang semakin mencekam. Rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung dan bersantai kini berubah menjadi arena pertempuran batin yang tiada henti.
Ayah dan ibu Rina kerap kali bertengkar hebat, saling melempar kata-kata kasar dan menyakitkan. Rina hanya bisa terdiam di sudut ruangan, meringkuk ketakutan mendengar suara bentakan dan barang-barang yang bertubrukan. Ia ingin sekali menghentikan pertengkaran itu, tetapi ia tak kuasa. Rina hanya anak kecil yang tak berdaya.
Suatu hari, pertengkaran itu berujung pada perceraian. Rina harus menerima kenyataan bahwa keluarganya telah hancur. Ia merasa dunianya runtuh, tak ada lagi tempat yang bisa ia sebut rumah. Rina merasa sendirian, kehilangan sosok ayah dan ibu yang seharusnya melindungi dan menyayanginya.
Rina tumbuh dalam bayang-bayang tekanan dan trauma. Ia sulit untuk percaya pada orang lain dan membangun hubungan yang sehat. Setiap kali ada konflik, Rina langsung teringat akan pertengkaran orang tuanya yang tak pernah terselesaikan.
Namun, Rina bertekad untuk tidak terjebak dalam lingkaran kekerasan dan ketidakbahagiaan itu. Ia ingin memutus rantai trauma yang telah meracuni hidupnya. Perlahan-lahan, Rina belajar untuk memaafkan, membuka diri, dan membangun rumah baru yang penuh dengan cinta dan kedamaian.