Aril adalah anak yang selalu merasa terasing. Di sekolah, namanya tak lebih dari lelucon; di antara tawa anak-anak lain, ia adalah target empuk bagi bully. Setiap ejekan seakan menusuk jantungnya, menjadikannya semakin pengecut. Suatu hari, setelah serangkaian hinaan, Aril memutuskan untuk menyepi ke bioskop, mencari pelarian dari dunia yang selalu menyudutkannya.
KEMBALI KE ARTIKEL