Senja itu, angin membawa hawa basah. Awan gelap menggantung rendah, seakan bersiap menumpahkan rahasianya yang berat. Di halte bus yang sepi, Amara berdiri menatap langit. Rambutnya yang panjang tergerai, matanya tajam menantikan sesuatu. Orang-orang di sekitarnya tampak gelisah menunggu bus yang tak kunjung datang. Mereka memegang payung atau jaket, siap menghadapi hujan. Namun Amara tak menggerakkan tangan. Ia hanya berdiri di sana, senyumnya tipis.
KEMBALI KE ARTIKEL