Malam itu, hujan turun dengan derasnya, seakan langit tak kuasa menahan air matanya lebih lama. Awan pekat menggulung di angkasa, dan kilat menyambar di kejauhan, menyisakan aroma tanah basah yang memenuhi udara kamar Dimas. Ia duduk di sudut kamar, mengamati selembar kertas yang baru saja ia temukan dalam laci mejanya. Di permukaan kertas itu, tertera tulisan tangan yang begitu akrab baginya, namun jauh lebih dewasa. Tulisan itu jelas bukan milik siapa pun kecuali dirinya sendiri.
KEMBALI KE ARTIKEL