Danau Toba yang terletak di Propinsi Sumatera Utara ini memiliki keunikan tersendiri yaitu sejarah terbentuknya yang dahulunya merupakan Gunung berapi yang meletus dengan dashyat sekitar puluhan ribu tahun yang lalu.
Atas dasar itu pula, pihak UNESCO telah menetapkan danau Toba sebagai Geopark pada tahun 2020 namun mungkin belum banyak yang mengetahui apa status Geopark yang disandang oleh danau Toba.
Kita sebenarnya juga memiliki Geopark di Rinjani namun sepertinya pengelolaan dari Geopark itu sendiri belum maksimal dan berkesan hanya sebagai simbol atau status sehingga tidak maksimal dalam memberikan manfaat ekonomi pada masyarakat sekitar sebagai tujuan dari Geopark.
Geopark adalah taman Bumi yang difungsikan untuk menjaga serta menggunakan peninggalan geologi disekitarnya dengan kegiatan-kegiatan yang berkelanjutan serta yang dapat memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat sekitar.
Dalam konteks ini maka bila kita bertujuan untuk melestarikan Heritage of Toba serta dengan statusnya sebagai Geopark atau taman Bumi maka geowisata sebaiknya menjadi jenis wisata utama di danau Toba ini.
Alasan utamanya adalah keunikan Danau Toba adalah dari sejarah terbentuknya yang merupakan proses geologi dan vulkanik, kemudian bila dalam konteks kepariwisataan, ada geowisata yang merupakan jenis wisata yang memiliki ruang lingkup dan misi yang sama dengan Geopark.
Geowisata juga menjalankan wisata yang berkelanjutan dengan juga berusaha agar sebuah destinasi geowisata dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar.
Potensi geowisata di danau Toba bisa saja ada yang belum tergali seperti dampak, batu-batuan akibat letusan yang belum ditemukan atau diteliti lebih lanjut dan lainnya.
Keterlibatan ahli geologi dan vulkanik akan juga memberikan informasi yang berguna bagi para pengunjung, tidak saja informasi akan sejarah dan dampak letusan saja namun juga potensi di masa mendatang dari ilmu geologi dan vulkanik.
Para ahli geologi dan vulkanik bisa juga mengadakan pertemuan dalam waktu berkala untuk saling bertukar ilmu dan pengetahuan di danau Toba sehingga promosi wisata danau Toba melalui tagar MICE di Indonesia Aja bisa digalakan.
Para peserta tidak saja mengikuti pertemuan dan penelitian tapi juga sembari berwisata dan bukankah ini salah satu kegiatan yang memberikan manfaat ekonomi?.
Bersamaan dengan itu juga bisa diadakan pagelaran budaya dengan begitu kita mendapat pemasukan devisa dari kedua acara tersebut.
Hal yang lainnya adalah fakta dari keberadaan dari danau Toba yang dikelilingi oleh 7 Kabupaten dimana masing-masing akan memiliki ego teritorial yang justru bisa mengganggu pengembangan Destinasi Super Prioritas attau DSP Toba terganggu.
Rasa bangga atas daerah kelahiran sangat baik untuk menonjolkan kelokalan namun ego teritorial dalam wisata justru akan membuat sulit menyatukan semua suara.
Perbedaan budaya, adat istiadat serta tradisi justru sebenarnya harta pariwisata Indonesia, semakin banyak warna semakin akan menarik.
Ego teritorial disini sebenarnya sudah game over ketika kita sepakat menjadi NKRI, sebuah Negara yang merdeka dan berdaulat serta solid pada genggaman burung Garuda.
Sehingga apa yang kita rencanakan bersama adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia termasuk seluruh masyarakat di 7 Kabupaten yang mengelilingi danau Toba, dan apabila memang tidak ada keselarasan irama maka diperlukan satu Badan yang independen serta dapat mengakomodasi para pemegang kepentingan.
Peran suara masyarakat juga sangat penting terutama orang yang di tua kan yang biasanya memahami benar warisan budaya, adat istiadat dan tradisi yang sudah turun menurun.
Heritage of Toba berupa sejarah terbentuknya danau Toba dan aneka warna budaya, adat istiadat dari 7 Kabupaten adalah juga Heritage of Indonesia yang terhias dalam slogan pariwisata kita, Wonderful Indonesia yang perlu kita, seluruh rakyat Indonesia melestarikannya.
Pengembangan DSP Toba sebaiknya ada pada Geopark itu sendiri, bagaimana kita merencanakan segala kegiatan baik itu wisata dan berbasis pengetahuan melalui geowisata yang merupakan jenis wisata berbasis minat sehingga pengelolaannya pun sebaiknya terfokus, tidak saja prioritas.
Danau Toba adalah Geopark yang bukan merupakan destinasi mainstream atau sekedar tempat berlibur dan rekreasi namun lebih dari itu, sebuah kawasan yang menyimpan warisan sejarah perjalanan terbentuknya alam sekitar yang dapat dan telah memberikan manfaat bagi masyarakat.
Dan Geopark bisa menjadi destinasi wisata namun pada dasarnya merupakan taman Bumi yang tidak hanya terdiri dari batu-batuan dan lainnya tapi juga memberikan pengetahuan kepada kita mengenai alam.
Untuk mengelola Geopark dibutuhhkan keterlibatan dari berbagai ilmu, tidak saja dari pariwisata saja tapi juga ilmu kebumian seperti geologi dan vulkanik.
Danau Toba bukan hanya milk kita tapi milk seluruh orang di dunia untuk mengunjunginya, kita sebagai tuan rumah harus menjadi tuan rumah yang baik dengan rasa bangga karena melestarikannya.