Hal ini paling tidak tergambar dalam film The American President yang disutradarai Rob Reiner dan diproduksi tahun 1995.
Sang Presiden Amerika dalam film ini yaitu Andrew Shepherd yang diperankan oleh Michael Douglas adalah seorang duda dan jatuh cinta pada pelobi dibidang energi bernama Sydney Ellen Wade yang diperankan oleh Annette Benning.
Hubungan keduanya memang mengundang reaksi dari beberapa penasehatnya serta menjadi percikan api dari pesaingnya dari kubu lain untuk menurunkan popularitas sang Presiden.
Pesaingnya itu bernama Senator Rumson yang terus berusaha menggali segala informasi tentang pacar sang Presiden dan sering berbicara didepan mic dan menggoreng isu yang menurut sang Presiden tidak ada kaitannya dengan cara dia menjalankan pemerintahannya.
Waktu berjalan terus dan sang Presiden terus berdiam dan hanya sang Senator yang selalu tampil di mic menyerang karakter sang Presiden dan pacarnya.
Sang senator menyuarakan kekhawatrikan kehadiran sang pacar mempengaruhi cara sang Presiden dalam mengambil keputusan keputusan penting negara.
Publik pun terpengaruhnya dan popularitas sang Presiden turun hingga para anggota kongres ikut terpengaruh oleh sang Senator.
Popularitas sang Presiden turun bukan karena cara Presiden menjalankan Pemerintahannya melainkan laris nya gorengan kritik terhadap karakter dan kehidupan pribadinya.
Saat itu sang Presiden memiliki prioritas berupa RUU tentang Penanganan Kejahatan namun beberapa anggota kongres justru akan menolak RUU tersebut dan justru mendukung RUU tentang Pengurangan bahan bakar 20% yang diminta oleh Badan Energi AS tempat pacar sang Presiden bekerja.
Setelah desakan dari para penasehatnya termasuk kepala staf Gedung Putih yang diperankan oleh Martin Sheen serta setelah sang pacar marah dan memutuskan hubungan dengan sang Presiden karena RUU Energi nya tidak diajukan dan justru RUU Crime, sang Presiden pun bertindak.
Didepan wartawan di Gedung Putih, sang Presiden mengatakan bahwa dia menyadari bahwa menjadi Presiden di negara ini (Amerika) memang berhubungan dengan karakter.
Film ini menarik berbumbu drama dan romance namun yang lebih menarik adalah cara sang Presiden menanggapi kritikan terhadap pribadi nya dan bukan cara dia menjalankan pemerintahan.
Dalam menanggapi kritikan, sang Presiden tidak menggunakan kekuasaannya untuk membalas sang Senator melainkan melalui jalur yang sama yaitu melalui pidato, berbicara lewat media yang menjangkau banyak orang.
Menariknya ketika berbicara di depan mic, sang Presiden justru menantang sang Senator untuk berdebat mengenai nilai nilai demokrasi Amerika dan bila ingin berdebat tentang karakter dia pun siap dan jangan libatkan Sydney Ellen Wade, sang pacar.
Ya sebuah negara seperti Amerika yang sudah belajar demokrasi ratusan tahun pun masih terlibat debat dan kritik, namun itulah demokrasi.
Bila keluar dari topik ini, Presiden AS asli Barrack Obama pun pernah berkata dalam sebuah pidato bahwa dalam demokrasi perbedaan bisa terjadi dan bila itu terjadi mari kita bawa ke meja, duduk bersama dan bila tidak ada titik temu mari kita berkompromi.
Dan dalam film ini, hal tersebut memang tidak terlihat namun sang Presiden mencontohkan demokrasi dengan tidak menggunakan kekuasaannya (power abuse) untuk menyerang balik kritikan dari Senator melainkan melalui pidato yang powerful hingga mengubah persepsi seluruh rakyat nya termasuk sang pacar yang kembali ke pelukannya setelah mendengarnya.
Suara rakyat penting, begitu pula suara sang Presiden dan itulah yang dipertunjukan oleh Andrew Sheperd melalui pidatonya berupa kata-kata yang tegas dan mencerminkan keaslian.
Dan ketika kata-kata dapat mengubah keadaan, maka itu akan lebih kuat daripada kekuasaan.
Rakyat bisa percaya dengan sang Presiden nya hanya melalui kata-kata dan ini sebenarnya juga merefleksikan keaslian (genuine) dari karakter sang Presiden.
Disaat yang sama sang Presiden melakukan kompromi serta konsisten dalam menjalankan tugasnya dengan tetap memprioritaskan RUU Crime nya dan mengajukan juga RUU Energi yang sebelumnya tidak jadi diajukannya ke kongres yang berakibat pula sang pacar marah dan memutuskan tali cintanya dengan sang Presiden.
Mungkin bagi yang ingin belajar dan bercita-cita menjadi Presiden suatu hari nanti, film ini bisa dijadikan referensi yang berguna atau paling tidak mendapat sedikit pemahaman tentang demokrasi dan menjadi pemimpin yang akan selalu membutuhkan banyak debat, kritik dan intrik-intrik serta konsistensi.
Untuk menjadi Presiden AS maupun di negara lain pasti akan melalui debat dengan saingannya baik dalam kubu sendiri maupun kubu lain di tahap berikutnya serta pidato-pidato didepan pendukungnya, namun ketika sudah menjabat ada yang tetap berdebat dan berpidato tapi ada juga yang justru menggantinya dengan penggunaan kekuasaan.
Presiden AS juga manusia yang memiliki karakter yang berbeda-beda pula, ada yang suka menggempur negara lain, ada yang suka perdamaian dan lainnya.
Ini memang hanya sebuah film namun gambaran ini bisa terlihat pula pada kehidupan nyata bila kita melihat para Presiden AS selama ini terutama pada karakternya yang berbeda beda.