Mohon tunggu...
KOMENTAR
Roman Pilihan

Mawar di Kampus: Kisah Cinta Pertama yang Tak Terlupakan

8 Juni 2024   10:51 Diperbarui: 8 Juni 2024   10:56 349 4

Bab 1: Pertemuan yang Tak Terduga

Angin sepoi-sepoi pagi menerpa rambut panjang Melody saat ia melangkah melintasi gerbang besar Kampus Universitas Bunga Mawar. Matahari pagi yang hangat menyinari langkahnya, dan suasana tenang kampus menggema dengan langkah-langkahnya yang ringan.

Sambil memandangi sekeliling dengan penuh kekaguman, Melody tersenyum. Kampus ini adalah rumah barunya, tempat dia akan menjalani tahun-tahun penting dalam hidupnya, mencari ilmu, mengejar impian, dan mungkin, siapa tahu, menemukan cinta.

Namun, ketika Melody melewati taman bunga yang indah, langkahnya tiba-tiba terhenti. Di antara kelopak-kelopak mawar yang mekar, dia melihat seseorang duduk di bangku taman, terlihat sibuk dengan buku di tangannya. Sosok itu tampak begitu fokus sehingga tidak menyadari kehadiran Melody.

Dengan hati-hati, Melody mendekati sosok itu. Saat dia semakin dekat, dia melihat bahwa itu adalah seorang pemuda dengan rambut cokelat gelap yang berantakan dan sepasang mata cokelat yang dalam. Dia tampak begitu khusyuk membaca buku di hadapannya sehingga Melody tidak berani mengganggunya.

Namun, saat Melody memperhatikan buku yang dibaca pemuda itu, dia tidak bisa menahan senyumnya. Bukannya membaca buku teks seperti yang umumnya dilihat di kampus, pemuda itu sedang membaca novel romantis dengan sampul yang warna-warni.

Saat itulah, tanpa disadari, Melody tersandung di batu kecil dan hampir terjatuh. Pemuda itu mendongakkan kepalanya, dan matanya bertemu dengan milik Melody. Sebuah senyuman terukir di wajahnya yang tampan, dan Melody merasa detak jantungnya berdebar kencang.

"Apa-apaan ini?" gumam Melody dalam hati, wajahnya memerah. Tapi dia tidak bisa menahan senyuman saat pemuda itu berdiri dan menyapanya dengan hangat.

"Maaf, kamu baik-baik saja?" tanya pemuda itu dengan nada lembut.

Melody mengangguk, mencoba menahan rasa malunya. "Ya, iya. Aku baik-baik saja, terima kasih," jawabnya.

Pemuda itu mengangkat alisnya sambil menunjuk ke arah buku yang dia pegang. "Tampaknya kamu juga menyukai buku-buku romantis, huh?"

Melody tersenyum, merasa sedikit lega bahwa percakapan ini tidak berakhir dengan kejadian memalukan tadi. "Ya, aku suka membaca novel romantis. Mereka selalu membuatku terbawa suasana."

Pemuda itu menawarkan buku yang dia pegang. "Mungkin kamu akan suka membaca ini juga. Ini adalah salah satu novel favoritku."

Melody menerima buku tersebut dengan senyum. "Terima kasih, aku pasti akan membacanya. Oh, dan aku Melody, oleh the way."

"Panggil aku Adrian," jawab pemuda itu sambil tersenyum. "Senang bertemu denganmu, Melody."

Senyum mereka bertemu dalam keheningan pagi, dan di antara bunga-bunga mawar yang mekar, terciptalah awal dari sebuah kisah cinta yang tak terduga di Kampus Universitas Bunga Mawar.

Bab 2: Pertemanan yang Berkembang

Hari-hari berlalu dengan cepat di Kampus Universitas Bunga Mawar, dan Melody menemukan dirinya semakin terpesona oleh keindahan kampus dan orang-orang di dalamnya. Setiap sudut kampus menyimpan cerita dan keajaiban tersendiri, dan Melody merasa beruntung bisa menjadi bagian dari semuanya.

Namun, ada satu hal yang membuatnya merasa paling beruntung: pertemuannya dengan Adrian. Setelah pertemuan mereka di taman bunga, Melody dan Adrian menjadi teman dekat dengan cepat. Mereka sering bertukar cerita, berbagi minat yang sama dalam novel romantis, dan mengeksplorasi kampus bersama-sama.

Hari ini, Melody duduk di bangku taman yang sama di mana dia pertama kali bertemu dengan Adrian. Cahaya matahari yang lembut menyelimuti mereka, dan bunga-bunga mawar di sekitar mereka mengeluarkan aroma yang menyegarkan. Melody membawa buku yang diberikan Adrian padanya, dan dia tenggelam dalam cerita yang mengalir begitu indah di antara halaman-halamannya.

Tiba-tiba, suara langkah-langkah terdengar di seberang jalanan. Melody mengangkat kepala dan melihat Adrian mendekat, membawa dua gelas es teh yang menyegarkan.

"Ice tea favoritmu," kata Adrian sambil tersenyum saat dia duduk di sebelah Melody.

Melody menerima gelas es teh dengan senyum. "Terima kasih, Adrian. Kamu selalu tahu bagaimana membuat hariku lebih baik."

Adrian menggeleng sambil tersenyum. "Kita saling melengkapi, Melody. Kamu membuat hari-hariku lebih cerah juga."

Mereka duduk bersama dalam keheningan yang nyaman, menikmati minuman mereka sambil menatap bunga-bunga yang berwarna-warni di sekitar mereka.

"Sudahkah kamu membaca buku yang kuberikan padamu?" tanya Adrian, memecah keheningan.

Melody mengangguk. "Ya, aku sudah membacanya, dan aku sangat menyukainya. Terima kasih banyak, Adrian. Aku bahkan tidak tahu bahwa novel ini ada."

Adrian tersenyum puas. "Saya senang kamu menyukainya. Novel-nya memang bagus, tapi aku pikir cerita kita sendiri tidak kalah menariknya, bukan?"

Melody memandang Adrian dengan senyuman lembut. "Tentu saja, cerita kita sendiri adalah salah satu yang terbaik yang pernah saya alami."

Mereka terdiam sejenak, saling memandang satu sama lain dengan mata penuh arti. Di antara cahaya matahari yang lembut dan bunga-bunga yang mekar, terasa hadir getaran yang tak terungkapkan di udara, menandakan bahwa pertemanan mereka mungkin berkembang menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar itu.

Di Kampus Universitas Bunga Mawar, di antara kelopak-kelopak mawar yang indah, terjalinlah ikatan pertemanan yang kuat, dan mungkin, hanya mungkin, cinta pertama yang tak terlupakan akan bersemi di antara mereka.

Bab 3: Jalinan yang Semakin Dekat

Minggu-minggu berlalu, dan pertemanan antara Melody dan Adrian semakin berkembang di Kampus Universitas Bunga Mawar. Mereka menjadi tak terpisahkan, selalu bersama dalam setiap petualangan dan percakapan, menikmati keindahan kampus dan saling menginspirasi satu sama lain.

Hari ini, mereka berdua duduk di tepi danau kecil yang tersembunyi di sudut kampus. Air danau tenang, mencerminkan warna langit biru yang cerah. Melody memandang ke arah horizon, merenungkan segala sesuatu yang telah mereka lalui bersama.

"Sudahkah kamu memikirkan apa yang ingin kamu lakukan setelah lulus, Melody?" tanya Adrian, memecah keheningan.

Melody menggeleng, masih terpesona oleh keindahan alam di sekelilingnya. "Aku belum yakin," katanya kemudian. "Ada begitu banyak pilihan, dan aku masih mencoba mencari tahu di mana sebenarnya aku ingin pergi."

Adrian mengangguk, memahami perasaannya. "Aku juga merasa sama. Tapi aku yakin apa pun yang kamu pilih, kamu akan sukses. Kamu memiliki bakat dan semangat yang luar biasa."

Melody tersenyum, terharu oleh kata-kata Adrian. "Terima kasih, Adrian. Kamu selalu percaya padaku, bahkan ketika aku tidak yakin pada diriku sendiri."

Adrian tersenyum hangat. "Karena aku tahu bahwa kamu adalah orang yang luar biasa, Melody. Kamu memiliki potensi yang tidak terbatas, dan aku akan selalu mendukungmu."

Mereka saling memandang dengan mata penuh arti, dan di antara mereka, ada getaran yang tak terungkapkan, sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan biasa.

Tiba-tiba, Adrian berdiri dan menawarkan tangannya kepada Melody. "Ayo, mari kita berjalan-jalan sebentar sebelum matahari terbenam. Kita tidak boleh melewatkan momen indah seperti ini."

Melody tersenyum dan menerima tawaran Adrian. Mereka berjalan-jalan di sepanjang tepi danau, menikmati keindahan alam dan kebersamaan mereka.

Di antara sorot matahari senja dan gemerlap air danau, terjalinlah ikatan yang semakin dekat di antara Melody dan Adrian. Dan di kampus yang penuh keajaiban ini, mungkin saja cinta pertama yang tak terlupakan akan bersemi di antara mereka.

Bab 4: Rasa yang Tumbuh

Saat musim semi tiba di Kampus Universitas Bunga Mawar, suasana kampus menjadi semakin cerah dan bersemangat. Bunga-bunga mekar dengan indah, dan aroma segar memenuhi udara. Bagi Melody dan Adrian, musim ini juga membawa perubahan yang mendebarkan dalam hubungan mereka.

Hari ini, mereka duduk di taman kampus yang penuh dengan bunga-bunga yang berwarna-warni. Melody memetik satu mawar merah yang indah dan menatapnya dengan penuh kekaguman.

"Mawar merah adalah simbol cinta yang mendalam, bukan?" kata Melody sambil tersenyum kepada Adrian.

Adrian mengangguk sambil menatap Melody dengan lembut. "Ya, mawar merah melambangkan kasih sayang yang tulus dan tak terbatas."

Mereka terdiam sejenak, tersesat dalam tatapan satu sama lain. Perasaan yang tumbuh di antara mereka semakin sulit untuk diabaikan, dan mereka berdua tahu bahwa mereka berada pada titik yang penting dalam hubungan mereka.

"Adrian," kata Melody dengan lembut, "aku ingin tahu bagaimana perasaanmu tentang kita. Apakah kamu merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan?"

Adrian menatap Melody dengan penuh kasih sayang. "Melody, aku merasa seperti aku telah menemukan seseorang yang istimewa dalam hidupku. Kamu membuat hari-haraku lebih cerah, dan aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu."

Mata Melody berbinar-binar saat dia mendengar kata-kata Adrian. "Aku juga merasa hal yang sama, Adrian. Kamu adalah orang yang istimewa bagiku, dan aku tidak ingin kehilanganmu."

Tanpa ragu, mereka saling mendekatkan diri dan mencium satu sama lain dengan penuh cinta dan kasih sayang. Di antara bunga-bunga yang berbunga-bunga, mereka merayakan cinta pertama mereka yang tak terlupakan.

Di Kampus Universitas Bunga Mawar, di antara kelopak-kelopak mawar yang indah, terjalinlah cinta yang tumbuh dari pertemanan yang kuat, menciptakan kisah cinta yang akan mereka kenang sepanjang masa.

Bab 5: Mawar-Mawar yang Abadi

Hari yang cerah melintasi langit Kampus Universitas Bunga Mawar ketika Melody dan Adrian berjalan berpegangan tangan di antara taman-taman yang indah. Mereka tertawa dan bercanda, menikmati kebersamaan mereka yang penuh kasih sayang.

Namun, di balik senyum mereka, terdapat kekhawatiran yang mengganggu. Hari kelulusan semakin dekat, dan mereka akan menghadapi tantangan baru dalam kehidupan mereka. Tetapi mereka berdua tahu bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka, tidak peduli apa yang mungkin terjadi.

Saat mereka berhenti di bawah pohon rindang di tengah-tengah kampus, Melody melirik Adrian dengan lembut. "Adrian, apakah kamu ingat ketika kita pertama kali bertemu di taman bunga ini?"

Adrian tersenyum sambil menggenggam tangan Melody erat-erat. "Ya, itu adalah salah satu momen terbaik dalam hidupku. Itu adalah saat di mana aku tahu bahwa aku menemukan seseorang yang istimewa."

Melody tersenyum, teringat akan semua kenangan indah yang mereka bagikan bersama. "Aku juga tidak akan pernah melupakan momen itu, Adrian. Kampus ini telah menjadi saksi dari hubungan kita yang tumbuh dan berkembang."

Mereka saling memandang dengan mata penuh cinta dan kepercayaan, tahu bahwa takdir telah membawa mereka bersama-sama. Di antara pohon-pohon yang rindang dan bunga-bunga yang mekar, mereka menyadari bahwa cinta mereka akan abadi, seperti mawar-mawar yang tak pernah layu.

Dan di Kampus Universitas Bunga Mawar, di antara kelopak-kelopak mawar yang indah, mereka memutuskan untuk mengukuhkan janji mereka untuk selalu bersama, melangkah maju dalam kehidupan mereka dengan cinta yang tak terlupakan di hati mereka.

Bab 6: Harapan Baru

Hari kelulusan tiba di Kampus Universitas Bunga Mawar, memenuhi udara dengan kegembiraan dan harapan baru. Di antara kerumunan siswa yang berbahagia, Melody dan Adrian berdiri bersama, siap untuk menghadapi masa depan dengan penuh semangat.

Mereka tersenyum satu sama lain dengan penuh kebanggaan, menyadari bahwa mereka telah melewati begitu banyak tantangan bersama-sama dan sekarang siap untuk melangkah ke babak baru dalam kehidupan mereka.

Setelah upacara kelulusan selesai, Melody dan Adrian berjalan-jalan di sepanjang koridor kampus, membagi cerita tentang masa-masa mereka di universitas. Mereka tertawa dan mengingat kenangan indah yang akan mereka kenang sepanjang hidup.

Namun, di balik senyum mereka, terdapat rasa sedih karena perpisahan yang tak terelakkan. Mereka berdua tahu bahwa mereka akan menghadapi cobaan dalam menjaga hubungan mereka tetap kuat saat mereka memulai babak baru dalam kehidupan masing-masing.

Saat matahari terbenam di ufuk barat, Melody dan Adrian berhenti di bawah pohon favorit mereka di taman kampus. Mereka saling memandang dengan tatapan penuh kasih sayang, menyadari bahwa meskipun mereka akan berpisah untuk sementara waktu, cinta mereka akan tetap abadi.

"Melody," kata Adrian dengan lembut, "aku tahu bahwa kita akan menghadapi tantangan dalam menjaga hubungan kita tetap kuat saat kita berpisah untuk sementara waktu. Tetapi aku percaya bahwa cinta kita akan memandu kita melalui segala hal."

Melody mengangguk, air mata mengaburkan matanya. "Aku juga percaya itu, Adrian. Kita telah melewati begitu banyak bersama-sama, dan aku tahu bahwa kita akan mampu menghadapi segala tantangan yang akan datang."

Mereka saling mendekatkan diri dan mencium satu sama lain dengan penuh cinta dan kepercayaan. Di antara bayangan senja dan gemerlap bintang, mereka memutuskan untuk menghadapi masa depan dengan penuh semangat dan keyakinan bahwa cinta mereka akan mengatasi segala rintangan.

Dan di Kampus Universitas Bunga Mawar, di antara kelopak-kelopak mawar yang indah, mereka berjanji untuk selalu menjaga api cinta yang membara di hati mereka, menunggu hari ketika mereka akan bersatu kembali dan memulai babak baru dalam kehidupan mereka bersama.

Bab 7: Perjalanan Baru

Beberapa bulan telah berlalu sejak Melody dan Adrian berpisah setelah kelulusan mereka dari Kampus Universitas Bunga Mawar. Keduanya kini menjalani perjalanan hidup masing-masing, tetapi cinta yang mereka bagikan tetap kuat di hati mereka.

Melody menatap layar laptopnya dengan penuh konsentrasi di kamar kosnya yang baru. Dia telah mendapatkan pekerjaan impian di sebuah perusahaan penerbitan, dan setiap hari dia bekerja dengan penuh semangat, mengejar impian masa kecilnya untuk menjadi penulis terkenal.

Sementara itu, Adrian sedang sibuk mengejar gelar pascasarjana di kota besar. Dia belajar dengan tekun di perpustakaan universitas, mengejar pengetahuan baru dan mempersiapkan dirinya untuk masa depan yang cerah.

Meskipun jarak dan waktu memisahkan mereka, Melody dan Adrian tetap saling mendukung dan menginspirasi satu sama lain. Mereka sering bertukar pesan dan panggilan video, berbagi cerita tentang pengalaman mereka dan berbicara tentang rencana masa depan mereka.

Suatu malam, Melody duduk di meja riasnya, menulis di jurnalnya dengan cahaya lembut lampu tidur. Dia merenungkan tentang semua yang telah dia alami sejak hari kelulusannya, dan hatinya terasa penuh dengan rasa syukur dan harapan.

Tiba-tiba, ponselnya berdering di meja sampingnya, menandakan panggilan masuk dari Adrian. Dengan senyum di wajahnya, Melody segera mengangkat teleponnya.

"Halo, Adrian," sapanya dengan suara lembut.

"Halo, Melody," jawab Adrian dengan hangat dari sisi lain garis. "Aku hanya ingin mendengar suaramu lagi. Aku merindukanmu."

Melody tersenyum lebar. "Aku juga merindukanmu, Adrian. Bagaimana harimu?"

Mereka pun mulai berbincang, berbagi cerita tentang apa yang terjadi dalam hidup mereka sejak terakhir kali mereka berbicara. Percakapan mereka penuh dengan tawa, canda, dan keintiman, mengingatkan mereka pada hubungan yang kuat yang mereka miliki.

Setelah percakapan mereka berakhir, Melody duduk dengan dada yang terasa hangat. Meskipun jarak memisahkan mereka, cinta mereka tetap abadi, dan dia tahu bahwa mereka akan selalu bersama, tak peduli apa pun yang mungkin terjadi.

Dan di malam yang sunyi, di dalam kamar kosnya yang hangat, Melody menulis satu baris di jurnalnya: "Cinta pertama adalah mawar yang tak pernah layu, tumbuh dengan kuat di antara jarak dan waktu."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun