Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Permana

10 Oktober 2019   20:55 Diperbarui: 10 Oktober 2019   20:53 3 0
Dia selalu gagal menghitung jumlah jeram sungai yang buncah menyilang,
memotong alis kekasihnya. Penaka badal yang ditakdirkan untuk terus mengganggu musim-musim yang angkuh.

Tak dapat lagi ia jangkau wilayah dan nusa-nusa yang rindu janjikan.
Nanun sudah ia titipkan sentuhan itu pada ciuman purba_masa depannya telah mati di pancung seutas senyum gelandangan asing.

Hari ini bening, pening, hening dan kuning. Senjanya menawarkan separuh kesempatan untuk mengaduk dingin secangkir pahit duka lara Pablo Neruda: "kau terbuat dari segalanya, tetapi jarak menelan segalanya."

Hujan diutus untuk menyelinap_menuntun air mata yang tergesa-gesa.
Sebab hidup adalah jawaban dari pertanyaan yang tidak ada.
Maka menangislah dengan sederhana. Mereka yang tidak ikut memiliki, tidak berhak merasa kehilangan. Tidak berhak.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun