Coba kita simak salah satu komentar dari Facebboker di dinding gerakan tersebut : "Apa kata Dunia .... bila Golongan III A saja udah punya beberapa rumah mewah (mungkin di beberapa kota?), beberapa apartemen mewah, 4 rumah di Singapura, beberapa buah mobil mewah, pasti Kasubsie-nya lebih, Kasie lebih lagi, Kasubditnya hoo...hoo.. lebih banyak, Direkturnya.... juga lebih lebih lebih buaannyaaaakk lagi..., Setditjennya.... hampir sama Direktur ..... Dirjen gimana yach...ngebayanginnya ..... Walah...walah...walah.. Menterinya udah nggak kebayang lagi ........(Ya Allah semoga ini tidak benar .... rusaklah negara & pemimpinnya....)".
Secara garis besar, masyarakat menuntut keadilan diterapkan, kalau tidak seorang pegawai staf biasa di kantor pajak seperti Gayus Tambunan saja bisa menikmati uang rakyat sebegitu banyaknya apalagi para pejabat di atasnya, bisa-bisa lebih banyak sekali uang rakyat yang diselewengkan.
Untuk itu dengan munculnya rasa apatisme masyarakat ini, mestinya pemerintah harus peduli dan segera bertindak untuk mengusut tuntas kasus MARKUS pajak ini. Selain itu pemerintah mestinya juga berbenah yang lebih "intens" lagi di Ditjen Pajak sehingga benar-benar meminimalkan para petugas pajak yang menyelewengkan uang pajak atau "berkong-kalikong" dengan para wajib pajak.
Kalau pemerintah tidak berbuat seperti penulis ungkap di atas, maka gerakan semacam ini akan benar-benar nyata adanya. Dan kalau cita-cita gerakan ini benar-benar terlaksana, maka pemerintah akan kehilangan pemasukan yang sangat berarti. (AM, 28 Maret 2010)