Langkah Komjen Susno Duadji mengungkap kasus MARKUS di tubuh kepolisian mendapat sambutan yang sangat beragam dari masyarakat. Dari masyarakat penggiat anti korupsi kebanyakan sangat mengapresiasinya, karena bagaimanapun latar belakang dan track record Susno Duadji tapi dengan pengungkapan kasus MARKUS ini berarti benar dugaan orang selama ini bahwa di tubuh kepolisian banyak bergentayangan MARKUS-MARKUS, tinggal sekarang aparat berwenang apakah itu KPK atau SATGAS mafia peradilan untuk membuktikan kebenarannya. Disamping itu ada juga pihak-pihak yang menyangsikan dan mencemooh langkah Susno Duadji tersebut, karena menurut mereka yng mencemooh, kenapa hal itu dilakukan Susno baru sekarang, saat dia sudah ditendang dari jajaran elit kepolisian. Apa karena dia sakit hati sehingga dia membuat tudingan tersebut? Namun yang patut mendapat sorotan akan "ketidak senangan" terhadap langkah Susno adalah apa yang dilakukan para politisi dari Partai Demokrat. Seperti yang disampaikan oleh mantan anggota Pansus Century yang paling kontroversial Ruhut "Sipoltak Raja Minyak" Sitompul. Menurut dia bahwa dengan keberaniannya mengungkap adanya MARKUS di tubuh kepolisian, Ruhut menyarankan Susno unutk periksa ke psikiater. Menurut mantan anggota Pansus Hak Angket Century ini, Susno secara sadar atau tidak telah menantang para petinggi Polri untuk berlaku lebih keras terhadapnya. Apalagi, Polri sampai harus melayangkan "surat undangan" kepada Susno untuk pemeriksaan sebagai orang yang mengklaim ke publik memiliki data fakta atas keberadaan mafia hukum di Mabes Polri. (Beritanya bisa dibaca
DI SINI). Disamping itu anggota Komisi III DPR dari Partai Demokrat (PD) Ruhut Sitompul juga tidak setuju terhadap wacana dukungan Susno Duadji sebagai calon ketua KPK. Susno, menurut Ruhut, tidak pantas mengisi posisi yang baru saja ditinggalkan Tumpak Hatorangan Panggabean itu. Ruhut lalu mengkritik sesama rekannya di Komisi III, Bambang Soesatyo, yang mendukung pencalonan Komjen Susno Duadji sebagai ketua KPK. Menurut Ruhut, Bambang tidak layak mendukung wacana tersebut. Soal pucuk pimpinan KPK, Ruhut berharap Tumpak masih mau menjabatnya. Tapi sayang, Ruhut tampaknya harus kecewa, karena Tumpak memilih pensiun (Sumbernya
DI SINI). Selain Ruhut, elit Partai Demokrat yang bersikap keras terhadap sepak terjang Susno Duaji tersebut adalah Sekjen Partai Demokrat Amir Syamsuddin, dia gerah melihat sikap Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD yang terlalu proaktif terhadap kasus mantan Kabareskrim Susno Duadji. Amir meminta Mahfud tidak berpihak. Menurut Amir, sebaiknya Mahfud lebih tenang dan bijaksana menyikapi kasus Susno. Hakim konstitusi lain menurut Amir dinilai lebih bersikap bijaksana. Menurut Amir bahwa kalau diam, mendengarkan dan mempelajari sebagaimana layaknya hakim-hakim mahkamah yang lain,tetapi berwibawa. (Silahkan baca berita detailnya
DI SINI). Dari keterangan yang dimunculkan oleh dua elit Partai Demokrat tersebut sudah jelas arah dari kebijakan Partai Demokrat terhadap langkah mantan Kabareskrim Susno Duadji yang mengungkap adanya dugaan MARKUS di tubuh kepolisian. Bahwa mereka kecewa dan sangat menyayangkan terhadap langkah Susno yang menurut para penggiat anti korupsi patut diapresiasi, namun menurut Partai Demokrat sebaliknya. Dari keadaan yang demikian tersebut, dan mengingat Partai Demokrat adalah Partai Penguasa, maka sudah sepantasnya masyarakat ingin tahu ada apa sebenarnya. Kenapa Partai demokrat (PD) membenci Susno Duadji? Apakah langkah-langkah Susno tersebut akan membuat langkah program pemerintahan SBY gagal dalam penegakan hukum di negeri ini? Atau apakah langkah Susno tersebut akan mengurangi wibawa pemerintah di mata masyarakat? Kenapa tidak sebaliknya, dengan pengungkapan adanya MARKUS tersebut berarti program pemerintah dalam pemberantasan korupsi dan penegakan hukum bisa dipacu dan di dorong lebih kuat dengan memanfaatkan momentum tersebut. Atau pengungkapan yang disampaikan oleh Susno tersbeut bisa dijadikan "entry point" untuk menelisik lebih jauh akan adanya MARKUS-MARKUS lain di tubuh Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman atau di instansi-instansi yang lain. Atau jangan-jangan Susno adalah merupakan kerikil yang menghambat "grand skenario" untuk melakukan "sesuatu" yang lebih besar. Sehingga keberadaan "nyayian" Susno tersebut sangat membahayakan bocornya "grand skenario" tersebut. Semoga semua analisa di atas tidak benar adanya. Dan Susno Duadji bisa membantu KPK dan para penggiat anti korupsi untuk membongkar dan menumpas keberadaan MARKUS-MARKUS di seantero negeri, Wallahu A'lam Bis Showab.
(AM., 24 Maret 2010). Silahkan baca juga atikel berikut:
KEMBALI KE ARTIKEL