Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Merajut Asa di Setiap Lekuk Jahitan

30 Juli 2013   12:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:50 443 1

Rumah berwarna hijau di tepi jalan desa munjul kecamatan solear kabupaten Tangerang terlihat sibuk. Kain-kain besar dibentangkan lalu digunting sesuai pola.

“Di sini hanya memotong kain, kita sebar ke anggota. Nanti mereka yang jahit.” Ucap pemilik rumah, ibu Sukmariah.

Ia adalah ketua kube Mitra Mas, usaha yang bergerak dibidang konveksi dan sudah memulai usahanya sejak tahun 2010 silam. Awalnya usahanya hanya usaha kecil-kecilan dengan modal terbatas. Tetapi, keterbatasan itu tidak membuatnya putus asa. Malah menjadi penyemangat untuk turut serta memberdayakan masyarakat sekitar dengan menjahit.

Melihat banyaknya ibu-ibu yang memiliki waktu senggang, Ibu Sukmariah kepikiran agar ibu-ibu itu lebih bermanfaat waktu luangnya dengan aktivitas yang dapat menambah penghasilan keluarga. Akhirnya, jalan yang ia coba adalah melakukan pemberdayaan ekonomi dengan kegiatan menjahit.

Ia pun mendirikan BMT Mitra Mas, dengan fokus pemberdayaan kepada fakir miskin dan ibu-ibu, terutama janda-janda. Ibu-ibu itu diajarkan menjahit yang diselenggarakan di BMT Mitra Mas di desa Kirana sampai mereka bisa menjahit tanpa dipungut bayaran sepeserpun. Setelah ibu-ibu itu bisa menjahit lalu diberikan pembiayaan mesin jahit dengan sistem simpan pinjam.Ibu Sukmariah juga mencarikan orderan untuk dibagikan kepada ibu-ibu.

“Kalau musim mau lebaran dan tahun ajaran baru, kita panen. Omsetnya bisa mencapai 200 juta”

Siapa sangka, usaha yang dulunya kecil-kecilan kini berkembang sampai ratusan juta. Meski awalnya banyak yang meragukan bahkan menganggap aneh keputusan Ibu Sukmariah dengan usaha konveksinya.

“Dulu banyak yang menyangkan kenapa tidak kerja saja, kan punya ijasah sarjana.” Tukas bu Sukmariah

Tapi bekerja kepada orang lain memang bukan hasratnya. Ia justru menemukan kebahagiaanya dengan melakukan pemerberdayaan masyarakat di bidang ekonomi dengan kegiatan usaha. Kini plasma usahanya sudah lebih dari 35 kepala keluarga.

Ia juga dipercaya oleh Dinas Sosial Provinsi Banten untuk mengembangkan kawasan konvenksi dengan kube-kube yang anggotanya adalah fakir miskin. Kawasan ini mencakup dua desa yaitu desa Cikuya dan Desa Munjul di Solear. Tidak hanya konveksi seragam sekolah, tetapi juga ke alas kaki. Kalau seragam sekolah dan pakaian itu untuk ibu-ibu, maka alas kaki dikerjakan oleh bapak-bapak.

Dampak aktivitas ibu Sukmariah ini dimasyarakat terasa jelas. Ia telah membuka lapangan pekerjaan baru bagi fakir miskin dan ibu-ibu di sekitar tempatnya tinggal. Dengan adanya pekerjaan jahit, penghasilan binaanyan pun bertambah. Bahkan ada anak putus sekolah karena bapaknya meninggal dunia, kini sudah bisa bersekolah kembali karena ibu anak itu memperoleh rezeki jari jahit berkat binaan ibu Sukmariah

Ia juga salah satu sosok yang berkomitmen untuk terus melakukan pemberdayan kepada fakir miskin dan perempuan di kabupaten Tangerang. Komitmen ini ia perjelas dengungnya dengan menjadi ketua asosiasi kube kabupaten Tangerang. Lewat asosiasi ini ia mendatangi ibu-ibu di kabupaten Tangerang dan memberikan motivasi kepada mereka untuk bangkit dan mandiri.

Selain itu, yang membuat saya terkesan adalah komitmenya kepada kualitas produk yang dihasilkan, meski usahanya bersifat pemberdayaan masyarakat, ia tidak lupa kepada mutu produk yang dihasilkan. Ia menjaga benar kualitas produknya dan membuat suatu gugus kendali mutu. Hasilnya, ia mendapuk juara 3 konvensi Gugus Kendali Mutu yang baru saja diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang.

Akhirnya itulah kisah ibu Sukmariah, sosok pemberdayaan fakir miskin dan ibu-ibu dari Solear. Berawal dari rumah sederhana dan niat tulus. Kini usahanya menjadi asa bagi setiap binaanya untuk menjadi lebih sejahtera.

PROFIL

Nama : Sukmariah, SE

Alamat : Ds. Munjul Kecamatan Solear Kab. Tangerang

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun