Saya akan berargumen, mengapa JK ada di peringkat 1.
Pertama, bukan karena pak JK paling "bersih", karena biar bagaimanapun, pak JK termasuk politisi lama yang lekat dengan budaya nepotisme. Ke-empat tokoh lainnya, jelas merupakan tokok-tokoh nasional baru, yang relatif lebih diduga bersih.
Tapi diantara para politisi lama, saya melihat pak JK, adalah politisi yang tindakannya (bukan omongannya, karena beliau bukan oratir ulung), memihak negeri. Perdamaian di Aceh dan wilayah konflik lainnya, sikap terhadap bank Century, membangun dengan kekuatan anak negri, ketua PMI, mengatasi listrik nasional, adalah contoh-contoh keberpihakan pak JK terhadap kepentingan negri.
Pak JK juga lebih dibutuhkan bangsa ini karena style beliau yang prakmatis. Saat ini Indonesia tidak memerlukan pemimpin yang terlalu konseptual. Bukan yang sarat ilmu yang dibutuhkan, tapi yang yang bertindak cepat walaupun informasi belum terlalu utuh. Untuh hal ini, Dahlan Iskan dan Jokowi juga sama, memiliki style pragmatis. Pak Machfud, saya nilai lebih konseptual, dan sebagai orang hukum beliau terbiasa, banyak melakukan pertimbangan sebelum ambil keputusan. Hakim kan harus "yakin" barang bukti memadai baru berani ambil keputusan. Kalau hakim pragmatis, menurut saya tidak cocok.
Kelebihan lain pak JK dibanding pak DI atau pak Jokowi, adalah, saat ini beliau available. Pak DI, menurut saya masih harus jadi mentri BUMN karena ditangan beliau (tanpa mengecilkan peran manajemen masing2 BUMN), BUMN berkembang lebih baik. Pak Machfud, juga available, menurut saya beliau tokoh yang paling pas mendapingi pak JK.
Pak Jokowi, adalah tokoh muda no 1 harapan bangsa (selain pak Abraham Samad atau pak Ahok, atau juga pak Ridwan Kamil, Ibu Khofifah, Prof. Firmanzah, dll). Tapi perubahan di Jakarta, baru dimulai... Perkiraan saya masih butuh 5-8 tahun baru ada perubahan signifikan. Dan pak Ahok, punya 1 limitasi yakni gaya komunikasi dan gaya kepeminpinan yang unik. Adanya pak Jokowi, jelas mampu mem-balance keunikan pak Ahok. Tapi kalau pak Ahok jadi DKI 1, saya menilai risiko nya besar.
Saya sadar sepenuhnya, harapan saya ini kecil peluangnya. Tujuan utama penulisan ini bukan untuk menang-menangan pendapat, tapi sebagai usaha untuk melemparkan ide yang menurut saya tepat.
Indonesia milik bersama, kalau kita benar memilih pemimpin, kita yang enak, kalau salah kita yang sama-sama susah.
Btw, disclosure: saya bukan anggota partai tertentu dan saya bukan kerabat salah satu tokoh diatas.
Mohon maaf jika kurang berkenan.