DOKTER. Wajah-wajah khas dusun itu sudah berkumpul: lugu, polos, agak-agak bengong dan ramah senyum. Bapak-bapak dan para ibu sebagian besar paru baya. Dandanan wagu dan apa adanya tak mengurangi khidmat pertemuan pagi itu. Saya yang datang telat, jadi agak canggung, clingak-clinguk mencari kursi sisa kemudian duduk nyumput di pojok ruangan. Saya menarik nafas panjang, menenangkan diri di sudut ruangan kumal- setelah perjalanan 2 jam yang melelahkan, ngumpet dibalik punggung hadirin, sambil mengamati ada acara apa ini sebenarnya, tak biasanya seperti ini. Saya colek bapak di depan saya. Belum sempat dapat jawaban, Pak Lurah memanggil: "Pak Ahjab silakan maju pak." Saya melambaikan tangan seperti petinju yang menyerah KO: "Tidak ada yang disampaikan kok pak. Silahkan dilanjut."
KEMBALI KE ARTIKEL