melihat fenomenat tersebut, dapat terlihat bahwa kelompok miskin kota adalah salahsatu kelompok rentan reprodukis, karena lemahnya pengetahuan dan perencanaan dalam keluarga, khususnya manajemen perencanaan kelahiran anak. seperti salah satu potret kisah diatas, di usia muda, dengan kehidupan ekonomi lemah dan intensitas kelahiran anak yang begitu tinggi, membuat anak tidak dapat tumbuh dan perlindungan dengan maksimal, sehingga hak-hak diantarnya (kesehatan, pendidikan, bermain di tempat yang aman) anak terabaikan.
menurut hemat saya, penetrasi program sosialisasi perencanaan reproduki/kelahiran (KB) harus menyentuh akar rumput dengan berbagai macam latar belakang masyarakat, sehingga seluruh masyarakat memahami pentingnya perencanaan kelahiran anak, dan hak-hak anak dapat terpenuhi, sehingga tidak tersandera dalam kegiatan ekonomi keluarga.
jadi masih relefankah banyak anak banyak rizki?
salam