Kenapa demikian?
Sebab aku punya cerita yang mengharuskan aku mengingatnya.
Berkereta adalah kebiasaan mingguan yang kadang melelahkan tetapi juga sekaligus menyenangkan.
Kenapa?
Sebab terhitung pertengahan tahun 2011 saya harus menempuh pendidikan di Surabaya sedangkan surgaku -rumahku- tetaplah di Malang
Jarak kota yang 'setengah-setengah dalam jauhnya' membuat saya tidak bisa lama tinggal di Surabaya, tetapi juga sekaligus tidak bisa terlalu sering pulang ke Malang.
Maka solusinya adalah berkereta Malang-Surabaya rerata satu kali dalam dua minggu.
Itu yang membuat saya mengerti bahwa kendaraan massal bergerbong 7 dan berlokomotif 1 ini ibarat lembaran buku yang menyimpang kisah-kisah tak terduga untuk dibaca sepanjang perjalanan.
Berkereta dapat membuat saya tertawa terpingkal-pingkal
Atau tersenyum malu -ini cerita yang ingin saya ceritakan-
Atau marah
Atau sedih
Atau takjub, mendengar kisah bapak/ibu tua bijaksana yang mendongeng tentang petualangan hidupnya sepanjang mesin kereta api menderu: ada kisah sejarah purnawirawan yang telah menempuh separo dunia, hingga kemalangan seorang ibu yang tak mempunyai famili
Tapi ada juga cerita-cerita dari anak muda: dari yang pemalu hingga 'berandalan', sempat diserbu gerombolan anak 'Punk' atau juga obrolan memusingkan tentang mata kuliah oleh anak-anak kuliahan yang sama-sama pulang/balik kampung
Atau perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan ketikan digital
Memang itulah yang saya maksudkan bahwa kereta api menimpan banyak kisah