Seorang remaja muda berjalan dengan tanpa jaket, nekat menemui interviewer sebuah perusahaan saat Job Fair. Dia tak membawa map berisi CV, dan segepok dokumen tentang dirinya -sesuatu yang tak dilakukan oleh rekan-rekannya.
Remaja : "Siang, pak.
Dengan tekanan yang meninggi akibat kombinasi kecapaian dan keheranan, si Interviewer menghardik.
Interviewer : "Mana CV-mu?"
Remaja : "Saya lulusan UGM, pak. Bisa dicheck di portal alumni UGM."
Interviewer : "Memangnya IPK-mu berapa?"
Remaja : "Saya pembelajar yang cepat, dan senang tantangan yang baru. Saya
jamin, setelah di-train sebulan, saya bisa belajar banyak hal. Jika tak
sesuai harapan Bapak, saya mau kerja rodi untuk perusahaan Bapak."
Interviewer : "Owh, kamu sombong, ya?"
Remaja : "Saya bisa bekerja dengan target dan perencanaan, termasuk reward and
punishment. Jika saya menerima suatu beban, saya pasti akan
mengusahakannya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kapasitas
kompetensi saya."
Interviewer : "Memangnya kamu punya pengalaman kerja?"
Remaja : "Punya."
Interviewer : "Mana bukti dokumennya?"
Remaja : "Saya tidak punya"
Interviewer : "Kalau begitu, saya minta hasil karyamu. Mana?"
Remaja : "Saya tak menyiapkannya."
Sampai titik ini, tampaknya Interviewer masih sabar untuk mengajukan satu pertanyaan lagi. Tidak bisa tidak jawaban remaja ini harus sesuai harapannya.
Interviewer : "Siapa orang yang bisa merekomendasikan kamu untuk masuk ke
perusahaan ini?"
Remaja : "Kalau toh punya, saya tak mau minta tolong untuk merekomendasikan
saya (untuk masuk ke perusahaan Bapak)."
Interviewer : "Sudah, sudah. Pulang sana! Kamu sudah selesai!"
Ketika Interviewer akan bangkit dari kursinya, remaja tadi masih menyela lemah.
Remaja : "Kalau berani, saya tantang Bapak berdebat tentang strategi perusahaan
Bapak tahun depan!"
Interviewer : "Ok. Tapi bukan sama saya. Saya hanya bagian personalianya. Kalau
berani datang ke perusahaan kami, ketemu Dirut kami!"
Remaja : "Siap, pak!"