Sejatinya, yang agak luput dari perhatian publik, Kota Lama Surabaya terbagi empat zona, yakni zona Eropa, Pecinan, Arab, dan Melayu.
Keempat zona tersebut sejarahnya menjadi pusat perekonomian. Semacam central business districk (CBD). Banyak toko didirikan kaum Tionghoa dan saudagar dari Arab.
Zona Arab di Jalan KH Mas Mansur lebih dulu direvitalisasi. Zona tersebut meliputi Jalan KH Mas Mansur, Masjid Ampel dan sekitarnya. Dijadikan kawasan wisata religi. Yang terakhir diresmikan Serambi Ampel, sebuah sentra wisata kuliner.
Berikutnya, zona Tionghoa yang ditandai dengan dilaunchingnya Kya-Kya Reborn pada 10 September 2022. Selain berhias ornamen khas Tionghoa, Kya-Kya Reborn juga diisi dengan sentra kuliner.
Kenapa disebut Kya-Kya Reborn? Karena sebelumnya Kya-Kya pernah ada, 19 tahun yang lalu. Tepatnya diresmikan pada 31 Mei 2003. Saat itu, wali kota Surabaya dijabat Bambang Dwi Hartono.
Kya-Kya Kembang Jepun tak bertahan lama. Lamat-lamat mati suri dan ujungnya tak beroperasi lagi.
Sama seperti saat ini, Kya-Kya Reborn juga tidak kelewat kurang berkembang, bahkan cenderung layu. Banyak pelaku usaha gulung tikar alias tutup.
Zona Melayu, yakni di Jalan Panggung dan sekitarnya, juga sudah direvitalisasi. Di sana sudah dilakukan pengecatan bangunan, perbaikan jalan, serta memasang penambahan lampu hias sebagai penerangan jalan pada malam hari.
Pengecatan gedung di Jalan Panggung sempat ditentang para pegiat sejarah. Mereka menganggap usaha Pemkot Surabaya untuk menghidupkan kembali kawasan tersebut tidak dilandasi pemikiran yang matang.