Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Balada Pemilihan Kepala Desa

14 Juni 2014   05:24 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:48 75 1
Alkisah dalam sebuah pemilihan kepala desa di sebuah negeri yang indah terjadi kekisruhan bagaimana menilai kriteria seseorang yang pantas untuk menjadi calon pemimpin untuk dipilih rakyat. Setelah melalu rapat yang panjang ditentukanlah beberapa kriteria agar nantinya pemimpin yang terpilih benar-benar berkualitas. Salah satunya IQ nya harus diatas 120.

Lalu, setelah melalui beberapa proses, pada akhirnya tinggal 2 calon kepala desa yang tersisa. Salah satu calon adalah si Budi mantan Ketua Ketua RW di wilayah itu yang sederhana, kurus da berwajah ndeso. Semasa tugasnya mengurusi masyarakatnya dulu, Budi terkenal ramah, gak basa basi, suka turun melakukan pemerikasaan langsung dan berada ditengah masyarakat menghadapai masalah-masalah mereka dan mencari solusi dari persoalan mereka. Masyarakat mengenalnya dengan baju garis-garis2nya yang khas yang sering di gulung lengannya. Selama menjabat sebagai Ketua RT sebelumnya dan terakhir sebagai Ketua RW, Budi dinilai banyak pihak berhasil melakukan terobosan yang bermanfaat buat masyarakat dan banyak sekali mendapat penghargaan.

Satunya lagi adalah di Badu, mantan Kepala Satuan Pamong Praja di Desa itu yang bersasal dari keluarga yang kaya raya. Badu ini katanya lebih ganteng dan gagah dan untuk mendukung tampilannya, dia sering berpergian naik helikoter, dan kadang tampil dengan kudanya yang mahal dan gagah, mengenakan setelan safari, mengenakan sepatu kulit tinggi, pakai peci dan membawa keris. Badu belum pernah memimpin masyarakat secara langsung, namun dulu dikenal sebagai Kepala Satuan Pamong Praja yang cepat melejit karirnya (karena ia adalah mantu Kepala desa yang lama). Bahkah jika petugas pamong praja umum harus menunggu beberapa tahun untuk naik pangkat satu tingkat, ia pernah naik pangkat 3x hanya dalam waktu 1,5 tahun. Namun entah kenapa sebelum masa pensiunnya, Badu diberhentikan dari jabatannya oleh Dewan Kehormatan Pamong Praja Desa. Menurut Berkas Keputusan Dewan Kehormatan Pamong Praja Desa yang sempat bocor, terbaca dan menyebar di masyarakat ada banyak kesalahan, pelanggaran hukum dan tindakan indisipliner yang dilakukannya. Lalu setelah diberhentikan dari jabatannya, Badu sempat berobat ke luar negeri dan kembali ke Desa itu dengan casing baru sebagai pengusaha sukses (walau hutangnya juga setumpuk).

Tak lama kemudian, mulailah masa kampanye yang hiruk pikuk dan meriah. Masing-masing calon didukung oleh team suksesnya. Mereka mengkampanyekan visi dan misi, serta menerangkan keunggukan calonnya masing-masing.

Entah bagaimana dan dari mana sumbernya, menyebar banyak sekali issue yang menyerang kepribadian Budi. Disebarkan issue oleh para pendukung Badu bahwa Budi beragama Kristen, Budi itu hanya boneka, Budi itu bodoh, dll. Tak kurang bahkan Badu sendiri pun secara tidak langsung menyebut Budi itu maling. Entah kenapa kubu Badu sangat gencar sekali melakukan kampanye hitam terhadap Budi. Ucapan Badu dalam salah satu kampanyenya yang mengatakan “Kalau tidak mau Desa ini dimpimpin maling, pilihlah saya” sungguh-sungguh sudah keluar dari kepantasan dan tidak dapat dimengerti kenapa bisa keluar langsung dari mulut Badu yang notabene merupakan seorang calon pemimpin desa itu. Anehnya beberapa masyarakat, setelah mendengar ceramah agama yang mengarahkanmnya untuk memilih Badu (bahkan sempat ada fatwa yang dikeluarkan oleh majelis ulama tertentu yang mengharamkan umatnya memilih Budi), kemudian menelusuri latar belakang kedua calon dan menemukan bahwa Budi sejak lahir beragama Islam, Ibunya berkerudung dan beragama Islam, Budi juga pernah menunaikan ibadah Haji tahun 2003 dan Umroh 2012 ketanah suci (terakhir bersama keluarganya). Sementara Badu walaupun beragama Islam (karena menikah dengan anakya Mantan Kades)  justru ibunya beragama Kristen, adik2nya beragama Kristen. Tapi sudahlah agama tidak perlu dibahas, toh kedua calon ini sama-sama beragama islam. Dan di rakyat yang majemuk ini, yang diperlukan adalah pemimpin yang justru bisa mengayomi SELURUH masyarakat di Desanya, apapun agamanya. Sementara kubu Badu terlihat panik dan sibuk terus menyerang Budi dengan segara cara, Budi malah cuma ketawa aja dan bilang "Aku ra po po".

Namun, karena karena suhu politik sepertinya makin gak sehat, sampai-sampai Badu bisa menuduh secara umum ditempat terbuka bahwa Budi maling segala gitu, Badan Pengawas Pemilihan Kepala Desa akhirnya turun tangan. Mereka memeriksa ulang semua berkas kedua calon sebelum memanggil keduanya untuk diperingatkan. Lalu, saat pemeriksaan berkas IQ diketahui IQ Budi itu 135 dari hasil test lembaga pshikologi desa. Sementara hasil test IQ Badu gak ketemu berkasnya. Jangan-jangan keselip atau tidak disertakan saat pengajuan calon dulu. Tapi mestinya sih ada, karena anggota team sukses Badu selalu menggembar-gemborkan bahwa si Badu itu sangat pintar. IQ nya 152. Jadi sibuklah Bawaspildes mencari-cari berkasnya. Lalu, tiba-tiba salah satu anggota pengawas, Tole, setengah berteriak mengatakan “Nah.. ini dia ketemu. Saya kok yang waktu itu menerima berkasnya. Ini ada..” Wah, buru2 seluruh anggota berebut melihat berkas itu. Dan, Ketua Bawaspildes kemudian membaca berkas itu lagi dan melotot. Lalu ia berteriak kepada Tole: “Tollleee… Kamu gimana sih, ini kan bukan hasil tes IQ dari Lembaga Pshikologi desa. Ini adalah hasil test kesehatan Badu dari Puskesmas dan yang tertera disini 152 itu adalah hasil Tensi darahnya !! Ayoo cari lagi..!! ”

Lalu sibuklah mereka mencari lagi, dan sebagian nyari sambil ngomel.. “Wah.. Tensi 152 gitu, terang aja ngomong nya suka ngaco gitu..”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun