Natal dan Tahun Baru (Nataru) di Indonesia identik dengan kemeriahan suasana, mulai dari dekorasi pohon Natal, gemerlap lampu, hingga pesta besar yang dipenuhi makanan dan hiburan. Namun, di balik kesemarakan ini, sering kali makna religius perayaan tersebut memudar; Natal, yang semestinya menjadi momen refleksi atas kelahiran Sang Juru Selamat dalam kesederhanaan, dan Tahun Baru, yang secara liturgis merayakan Maria sebagai Bunda Allah, berubah menjadi perayaan sosial yang sarat gengsi dan formalitas. Artikel ini mengajak kita kembali ke esensi sejati Nataru---menghayati kasih, kerendahan hati, dan ketaatan kepada Tuhan---agar perayaan tidak hanya meriah secara sosial tetapi juga bermakna secara spiritual.
KEMBALI KE ARTIKEL